Posts

Showing posts from January, 2019

MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Rezeki Tidak Selalu Berbentuk Uang

Image
Siapa di antara kamu yang sampai detik ini selalu beranggapan rezeki itu selalu berbentuk uang? Semoga setelah membaca tulisan saya ini, kamu mulai berpikir bahwa uang bukan satu-satunya rezeki yang Allah kasih kepada kita. Pagi ini saya kembali mendapatkan pelajaran berharga lewat pengendara Go-Jek yang mengantar saya. Dari awal saja saya sudah 'angkat topi' dengan pengendara sopan ini. Dia menyapa saya dengan salam yang lengkap. Dan sepanjang jalan, si abang Go-Jek menyapa orang-orang yang kebetulan sedang duduk atau 'nongkrong' di pinggir jalan sebagai bentuk penghormatan. Obrolan kami bermula tentang pendidikan anak, bahaya gadget dan terakhir soal rezeki. Si abang Go-Jek membuka kisahnya kalau pekerjaan utama dia ya ya hanya 'ngojek'. Hasil dari 'ngojek' ini untuk menghidupi anak dan istrinya. Tetapi dia punya mobil yang terbilang baru dan bulan ini akan berangkat umroh. Loh kok bisa?!? Alkisah, suatu hari hampir empat tahun lalu sa

Sate Maranggi yang Menggoda Selera

Image
Sate adalah salah satu makanan favorit saya. Segala macam sate asal halal saya pasti suka. Sate madura, Sate Padang, Sate Yogya yang berbumbu kecap, dan lainnya..  Tempo hari, akhirnya saya mencicipi sate maranggi di restoran Tekko. Itu pertama kali saya menjajal sate maranggi yang konon menjadi salah satu ikon kuliner di Purwakarta. Saya sering dengar teman-teman yang singgah di Purwakarta pasti tak ketinggalan mencicipi sate maranggi HJ. Yetti yang terkenal itu. Dan hingga detik ini saya belum juga menjajal sate maranggi HJ. Yetti karena hampir dibilang jarang melintasi Purwakarta. Sekalinya melintas di Purwakarta ya pada waktu mudik lebaran, dan situasinya kami pasti ingin sesegera mungkin keluar dari kemacetan parah di Purwakarta. Kesan pertama saat menjajal sate maranggi di restoran Tekko. Langsung suka! Biasanya sate-satean kalau sudah masuk restoran akan berubah kelezatannya. Tetapi kata orang yang sudah terbiasa makan sate maranggi, rasanya cukup otentik.  Keis

Belajar dari Keluarga Cemara

Image
Sepanjang ingatan masa kecil saya, maka sinetron Keluarga Cemara adalah salah satu yang paling ingat. Sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari Abah (Adi Kurdi), Emak (Novia Kolopaking), Euis (Ceria HD), Cemara (Anisa Fujianti), dan Agil (Pudji Lestari).  Sinetron Keluarga Cemara sebenarnya diangkat dari novel cerita anak-anak dengan judul yang sama yang tulis oleh Arswendo Atmowiloto, dan diawal produksinya disutradarai oleh Eduart Pesta Sirait. Keluarga Cemara boleh jadi tidak benar-benar ada di bumi Indonesia ini. Mereka berada di dalam imajinasi cerdas Arswendo Atmowiloto. Namun melalui Keluarga Cemara, kita belajar mengenai arti keluarga di dalam kehidupan kita. Sinetron Keluarga Cemara ini mencatatkan rekor sebagai serial terpanjang sepanjang masa yang tetap memperhatikan kualitas. Makanya tak heran kalau sinetron ini berkali-kali mendapatkan penghargaan. Sungguh berbeda jauh dengan sinetron 'zaman now'. Keluarga Cemara mengajarkan kepada pemirsanya betap

Topeng

Image
Banyak diantara kita, tanpa sadar selalu bertopeng. Tanpa pernah sedikitpun mencoba untuk melepaskannya.  Ada yang memakai topeng 'sok alim' di balik jubah agamisnya, padahal di kalangan orang terdekatnya, ia sama sekali bukan orang baik. Ada yang memilih topeng 'orang biasa', padahal di baliknya sungguh luar biasa.  Ada yang memilih topeng 'sok kaya' padahal aslinya 'kere'. Ada juga yang hanya memakai topeng agar tidak menampakkan drama hidupnya. Fenomena ini semakin menjadi ketika media sosial muncul. Siapa yang sangka kalau di balik postingan 'agamis'-nya, dia adalah sosok yang bahkan di kalangan kaum awam saja dia sudah keterlaluan. Media sosial adalah topeng yang sempurna, sekaligus pelarian yang melelahkan. Saya pernah beberapa kali mengalami pengalaman buruk dengan orang-orang sok alim yang memakai topeng agamis. Dan parahnya saya pernah menaruh harap pada salah satunya.  Saya pikir dia yang hobi 'berdakwah' ke

Jalan Panjang Menuju Istiqomah

Image
Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Allah punya segala macam cara dan segala macam perantara untuk menyadarkan hamba pilihannya. Ada orang yang begitu mudahnya menjemput hidayah. Ada orang yang butuh diberi musibah dahulu baru sadar kalau itu adalah salah satu sinyal hidayah. Biasanya sebelum mendapat hidayah, seseorang perlu melewati perjalanan spiritual yang cukup panjang. Mengharu-biru, hingga yakin benar untuk mengambil suatu pilihan hidup. Dan bila akhirnya suatu hari dia kembali mengingkari hidayah yang pernah didapat dan malah kembali menjadi lebih 'error' dari sebelumnya. Karena dia tak cukup gigih mempertahankan keistiqomahan. Makanya banyak cerita, tentang seseorang yang semula sangat agamis. Kemudian berubah menjadi sangat anti agama. Karena dia bergaul dengan orang-orang seperti itu.  Seperti dalam sebuah hadits, " “ Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wa

Poligami ?!?

Image
Apa yang ada di benak perempuan saat mendengar kata poligami? Begitupun apa yang ada di benak laki-laki saat mendengar poligami? Lantas apa yang ada di benak non-muslim ketika mendengar kata poligami yang selalu disematkan pada kaum muslim, meski pada kenyataannya banyak juga aliran agama lain yang juga mengenal budaya poligami, bahkan bisa puluhan istri.  Yes, wacana tentang poligami selalu seksi untuk dijadikan bahan perdebatan. Dan saya sih malas terlibat dalam perdebatan yang tidak berfaedah. Dan lucunya, PSI mengusung tagline partai anti poligami demi memikat para pemilih perempuan muslimah. Sebelum jauh-jauh, ke sana kemari. Mari kita lihat salah satu landasan dalil berpoligami.  “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, ata