MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Rezeki Tidak Selalu Berbentuk Uang


Siapa di antara kamu yang sampai detik ini selalu beranggapan rezeki itu selalu berbentuk uang? Semoga setelah membaca tulisan saya ini, kamu mulai berpikir bahwa uang bukan satu-satunya rezeki yang Allah kasih kepada kita.

Pagi ini saya kembali mendapatkan pelajaran berharga lewat pengendara Go-Jek yang mengantar saya. Dari awal saja saya sudah 'angkat topi' dengan pengendara sopan ini. Dia menyapa saya dengan salam yang lengkap. Dan sepanjang jalan, si abang Go-Jek menyapa orang-orang yang kebetulan sedang duduk atau 'nongkrong' di pinggir jalan sebagai bentuk penghormatan.

Obrolan kami bermula tentang pendidikan anak, bahaya gadget dan terakhir soal rezeki. Si abang Go-Jek membuka kisahnya kalau pekerjaan utama dia ya ya hanya 'ngojek'. Hasil dari 'ngojek' ini untuk menghidupi anak dan istrinya. Tetapi dia punya mobil yang terbilang baru dan bulan ini akan berangkat umroh. Loh kok bisa?!?

Alkisah, suatu hari hampir empat tahun lalu saat dia di bandara Soekarno Hatta bertemu dengan seorang saudagar Makasar yang tinggal di Papua. Perjumpaan yang singkat namun berlanjut hingga kini sekaligus mengubah jalan hidup abang gojek.

Si abang gojek sebut saja Pak Agus dahulu sempat bekerja kantoran. Terlalu sibuk hingga sering abai waktu sholat. Tetiba dia di PHK. Justru setelah di PHK dia punya waktu lebih banyak untuk keluarga dan kualitas ibadahnya membaik.

Saudagar Makasar itu menyekolahkan anaknya di sekolah tahfiz Yusuf Mansur. Setiap menengok anaknya di Jakarta, dia selalu diantar jemput oleh Pak Agus. Sebenarnya saat tahu Pak Agus sudah di PHK, saudagar Makasar itu sudah menawarkan kerjaan kepada Pak Agus. Namun Pak Agus menolak halus, karena dia ingin memperbaiki kualitas spiritualnya. Dan 'ngojek' memudahkan dia untuk mencapainya. Pak Agus pun mengerti. Maka Pak Agus membelikan sebuah mobil Avanza baru ke Pak Agus.

Pak Agus kaget dan tak bisa terima. Saudagar Makasar itu berdalih, mobil itu bisa dipakai untuk usaha selain untuk mengantar jemput sang saudagar. Akhirnya Pak Agus luluh. Karena selama ini kalau sang saudagar ke Jakarta beberapa bulan sekali harus menyewa mobil. 

Lucunya Pak Agus yang amanah, tidak menyewakan mobilnya saat saudagar itu kembali ke Papua. Pak Agus hanya menggunakan mobil itu sesekali bila dia atau keluarganya darurat. Karena Pak Agus tak ingin mobil amanah itu cepat rusak. Toh, saudagar Makasar itu juga sudah sangat baik dengan keluarganya. Bahkan bulan ini, Pak Agus dan Istri akan berangkat umroh atas biaya saudagar Makasar itu.

Secara matematikan mungkin penghasilan Pak Agus dari 'ngojek' tidak besar. Namun, Allah kasih rezeki dalam bentuk kesehatan, mobil, umroh, dan lainnya.Itu ganjaran atas tekad Pak Agus memperbaiki kualitas ibadahnya.

Selain Pak Agus, saya juga kenal beberapa orang yang berangkat umroh lewat tangan orang lain. Padahal kalau secara kasat mata mereka hampir mustahil untuk naik pesawat, tetapi Allah memampukannya lewat bantuan orang baik lainnya.

Saya pun sering mengalami hal seperti ini. yang paling sering itu rezeki dalam bentuk makanan. Suatu hari sehabis murojaah kelaparan, terbersit ingin makan nasi panas, sayur asem, ikan asin, lalapan, sambel. Tapi masalahnya tidak ada uang sepeserpun di dompet. Maka rencananya saya harus keluar mengambil uang ke ATM, baru belanja ke tukang sayur. Lama! Bisa juga sih ke ATM lanjut ke mall, makan di mall, tapi alhasil rencana makan sayur asemnya gagal. 

Dan tarram!!! Saat saya membuka pintu ruang tamu, sudah tergantung plastik berisi kotak makan yang isinya nasi, ikan asin, sayur asem, sambel, lalap plus uang seratus ribu rupiah. Dan lucunya saya longok, tak ada orang. Allahu Akbar! Allah mengijabah keinginan sederhana saya untuk makan nasi, ikan asin, sayur asem, lalap plus uang 100 ribu untuk mengisi dompet saya yang kosong.

Walau pun keesokan harinya saya tahu siapa yang mengirim makanan. Tetapi tetap saja ajaib, bagaimana Allah menggerakkan hati dia seperti keinginan saya. Dan kejadian itu sering sekali. 

Pernah lagi 'bokek', bisa-bisanya ingin sesuatu yang terbilang mahal. Hanya terlintas. Dan 'ndilalah' kok ada yang kasih hadiah itu. Persis seperti yang saya mau. 

Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dan seperti kata guru ngaji saya tentang keutamaan orang-orang yang hatinya terpaut dengan Al Quran. Katanya, "Allah itu malu banget kalau sampai gak bisa mengabulkan permintaan hambanya yang sedang ikhtiar menghafal Quran atau mengajar Quran. Bahkan kalau bisa, sebelum itu terucap jadi doa, Allah akan kabulkan."

Makanya kalau saya sedang patah arang, sedih karena ditimpa ujian. Dan rasanya seperti hampir menyerah termasuk mundur dari komitmen menghafal Quran. Saya membesarkan hati saya, "Alhamdulillah 'ala kulli hal."

Semuanya ketetapan Allah! Tetapi janji Allah pasti benar. Badai akan segera berlalu.

Ujiannya sih tetap dikasih, bahkan terkadang saya berpikir terlalu berat. Tetapi ketika patah hati membuat saya tetap istiqomah menghafal Quran. Allah memberi saya penghiburan luar biasa. Hadiah-hadiah manis untuk saya melewati hari-hari yang berat, sehingga saya berpikir, "eh...ternyata gak berat-berat amat kok."

Rezeki tidak selalu harus uang. Sehat lahir batin saja sudah merupakan rezeki terbesar. Berapa banyak orang kaya di luar sana yang harus mengeluarkan uang banyak demi sehat.

Tak apa diuji seberat apapun, asal ada Allah bersamaku. Ayat-ayat Al Quran itu sebagai surat cinta pelipur lara. 

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial