MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Jalan Panjang Menuju Istiqomah


Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Allah punya segala macam cara dan segala macam perantara untuk menyadarkan hamba pilihannya.

Ada orang yang begitu mudahnya menjemput hidayah. Ada orang yang butuh diberi musibah dahulu baru sadar kalau itu adalah salah satu sinyal hidayah.

Biasanya sebelum mendapat hidayah, seseorang perlu melewati perjalanan spiritual yang cukup panjang. Mengharu-biru, hingga yakin benar untuk mengambil suatu pilihan hidup. Dan bila akhirnya suatu hari dia kembali mengingkari hidayah yang pernah didapat dan malah kembali menjadi lebih 'error' dari sebelumnya. Karena dia tak cukup gigih mempertahankan keistiqomahan.

Makanya banyak cerita, tentang seseorang yang semula sangat agamis. Kemudian berubah menjadi sangat anti agama. Karena dia bergaul dengan orang-orang seperti itu. 

Seperti dalam sebuah hadits, "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)"

Makanya ketika telah sampai hidayah, pegang terus hidayah itu. Ikhtiar dengan mendekati orang-orang sholeh-sholehah dan ikut kajian. Jaga ibadah dan bacaan Quran, jangan sampai kendor!

Kalau hanya hidayah, tanpa pernah disiram dan dipupuk. Maka akibatnya, hidayah juga akan layu dan kemudian mati.

Hal yang paling sederhana terlihat, mungkin adalah ketika perempuan muslim memutuskan berhijab. Meski dalam Al Quran dijelaskan tentang kewajiban berhijab:


"Janganlah mereka menampakkan perhiasan-nya, kecuali yang (biasa) tampak pada dirinya. Hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya" (QS an-Nur [24]: 31).

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS al-Ahzab [33]: 59)

Masih banyak perempuan muslim yang masih enggan berhijab. Padahal zaman sekarang hijab itu sudah menjadi trend, tidak ada lagi larangan tampil berhijab di tempat umum seperti puluhan tahun silam. 

Sebenarnya lama saya memakai jilbab  sudah bukan lagi berbilang bulan. Mungkin sudah hampir 18 tahun. Ketika saya akhirnya memutuskan menutup kepala saya dengan sepotong kain.

Meski selama 18 tahun saya konsisten berjilbab, tak pernah membuka tutup jilbab saya di hadapan non mahram. Namun dahulu saya 'anak gaul'. 

Saya sibuk mempercantik diri dengan aneka gaya hijab stylish masa kini yang sebenarnya tidak bisa dikatakan hijab seperti dalam Al quran, karena tidak menutup dada dan tidak menutup lekuk tubuh. 

Saya bahkan mengambil jarak teraman dari teman-teman atau saudara saya yang sudah terlebih dahulu berhijrah dengan memakai hijab yang sebenarnya. Sepotong kain yang tidak hanya menutup kepala tetapi juga pakaian yang cukup longgar untuk menutupi 'asset'.

Dan lucunya saya bangga menjadi hijab stylish dengan seringnya mendandani orang atau membuat hijab tutorial yang keren. Saya pikir gaya berjilbab itu juga merupakan bagian dari ekspresi diri. 


Meskipun sahabat terdekat saya adalah perempuan berhijab syar'i. Anehnya hati saya malah tergerak dengan perkataan beberapa teman non-muslim yang miris melihat hijab hanya dijadikan 'tameng'. 

Jilbaban tapi pacaran dan hamil di luar nikah. Jilbaban tapi gayanya lebih seksi dari yang tidak jilbaban. Jilbaban tapi gayanya lebih gaul dari anak gaul. Jilbaban tapi korupsinya fantastis.

"Kamu tahu gak sih, perempuan dengan sepotong kain di kepala dan pakaian yang berlekuk lebih menggoda imajinasi pria ketimbang mereka yang jelas-jelas berpakaian minim", kata salah seorang teman non-muslim suatu kali.

"Makanya biarawati juga pakai bajunya ya tidak mencolok. Dan semua pakai rok! Bukan celana! Kebayang gak kalau biarawati pakai penutup kepala dan bajunya seperti hijaber gaul?" Dia ngikik.

Dan ternyata belakangan saya tahu bahwa perintah berhijab juga diturunkan ke agama Samawi lainnya (Nashrani, Yahudi). 

Kemunculan wartawati Amerika berhijab keturunan Libya, Noor Tagouri di majalah Playboy edisi  berjudul 'Renegades' sekitar dua tahun lalu juga membuat saya banyak berpikir. Perempuan ala hijaber gaul menjadi sampul depan dari majalah yang identik dengan pornografi.

Majalah Playboy telah menjadi garis depan dari objektifikasi, seksualisasi dan komersialisasi perempuan selama puluhan tahun. Hingga akhirnya Hugh Hefner merasa perlu merubah image. Kalau sebelumnya Playboy hobi memajang perempuan telanjang sekarang hanya sekedar perempuan seksi yang masih tertutup, walaupun seringnya kurang bahan. Dan gongnya adalah memajang foto perempuan berjilbab gaul. 

Tentu saja bukan berarti Playboy ingin jadi majalah 'syar'i' namun lebih kepada ingin menunjukkan kepada dunia terutama para pelanggannya bahwa perempuan muslim dengan kerudung ini tak kalah seksi loh dengan model Playboy edisi terdahulu. 

Meski Playboy membahas betapa kerennya Noor Tagouri jadi jurnalis berjilbab di Amrik. Tapi ini lebih mirip suatu ironi. Simbol Islam yang selama ini anti pornografi disandingkan dengan ikon pornografi dunia. 

Saya yakin Playboy tak akan memajang Noor kalau dia berjilbab syar'i atau biarawati. Wallahualam bisshawab! 

Dan akhirnya dengan semakin banyak saya berinteraksi dengan Al Quran sekitar 2-3 tahun lalu. Saya pun meninggalkan celana-celana jins kebanggaan dengan gaya jilbab yang aduhai menjadi lebih feminin dengan rok/gamis dan jilbab menutup dada. Bukan jubah, apalagi cadar. Saya tidak tahu, mungkin suatu hari nanti saya juga loncat ke fase itu.

Merubah penampilan bukan berarti saya sudah sempurna lahir batin. Tapi justru menjadi 'cambuk' untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya memperbaiki hubungan dengan Allah, Tuhan saya. Tetapi juga dengan sesama manusia dan makhluk Allah. 

Percuma menutup rapat aurat, kalau kelakuannya menjadi teror bagi semesta. Ada kucing ditendang, bermusuhan dengan banyak orang, korupsi, dan lain-lainnya. 

Dan tentu saja, ada jalan panjang menuju istiqomah. Apalagi kini saya harus kembali berjibaku dengan dunia profesional, berbeda jauh dengan episode saya sebelumnya di RQ Ar Rahman. 

Satu pesan dari guru ngaji saya, "Waspadalah kalau tetiba kamu sulit memenuhi target tilawah/murojaah harian. Apalagi kalau sampai kualitas ibadah menurun. Jangan-jangan itu cara Allah menjauh dari kamu."

Katanya, "seheboh apapun dunia menyibukkan saya, jangan sampai lupa pada akhirat."

Sewaktu saya diberikan ujian yang membuat saya harus 'move on' dari segalanya di tahun lalu, pinta saya cuma satu, "Allah kau boleh ambil apa saja yang pernah Kau titipkan pada saya. Tetapi jangan biarkan saya sendirian!"

Karena cuma Allah tempat bergantung yang tidak akan mengecewakan hamba-Nya.


Comments

  1. Semoga tetap istiqomah mbak untuk selalu mengingat akhirat. Semoga hidayah terus menyertai.. Hal ini juga pengingat untuk saya. Thanks.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin....semangat ya ukhti! Hidup hanya sementara....

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial