MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Poligami ?!?


Apa yang ada di benak perempuan saat mendengar kata poligami? Begitupun apa yang ada di benak laki-laki saat mendengar poligami? Lantas apa yang ada di benak non-muslim ketika mendengar kata poligami yang selalu disematkan pada kaum muslim, meski pada kenyataannya banyak juga aliran agama lain yang juga mengenal budaya poligami, bahkan bisa puluhan istri. 

Yes, wacana tentang poligami selalu seksi untuk dijadikan bahan perdebatan. Dan saya sih malas terlibat dalam perdebatan yang tidak berfaedah. Dan lucunya, PSI mengusung tagline partai anti poligami demi memikat para pemilih perempuan muslimah.

Sebelum jauh-jauh, ke sana kemari. Mari kita lihat salah satu landasan dalil berpoligami. 

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (An-Nisaa’(4): 3).

Dalam Islam, poligami memang boleh. Tetapi ada syarat berat yang harus dipenuhi oleh kaum lelaki. Karena dalam Islam, kawin bukan sekedar kawin, melegalkan seks, tapi ada komitmen dunia akhirat yang harus ditanggung oleh lelaki yang disebut imam dalam keluarga. Jangan sampai poligami yang katanya hendak mengejar surga malah menjadi neraka dunia akhirat. Di dunia, keluarganya berantakan. Di akhirat pun malah mendapat siksa karena tidak mampu mengayomi seluruh keluarga agar bersama-sama meraih ridha Allah.

Lucu sekali ketika ada oknum yang mengaitkan Nabi Muhammad Shallahu'alaihi Wassalam (Rasulullah) sebagai 'tukang kawin' yang membuat para oknum ingin mengikuti jejaknya atau sekedar hendak mencibir sosok yang mulia. 

Tahukah mereka bila Rasulullah adalah sosok yang monogami sepanjang pernikahannya dengan Khadijah. Khadijah yang sudah janda berusi 40 tahun dinikahi pemuda Muhammad (saat itu belum jadi nabi/rasul) pada usia 25 tahun. Rasulullah setia sampai Khadijah berpulang, padahal perbedaan usia mereka sangat jauh. Dan Rasulullah sedih bukan kepalang saat Khadijah meninggal. Sampai-sampai Allah mesti menghibur Rasulullah dengan peristiwa Isra' Mi'raj. 

Abu Bakar Alaihi Salam yang melihat sendiri bagaimana sedihnya Rasululullah, sahabatnya sepeninggal Khadijah menawarkan Aisyah, anaknya yang beranjak remaja untuk menemani Rasulullah. Saat itu Aisyah masih sangat belia, ia yang lincah dan cerdik sukses menyapu kabut kesedihan dari kehidupan Rasulullah.

Aisyah Rodiyallahu'anhu adalah sosok perempuan cantik, gesit dan cerdas. Sebagian besar hadits Rasulullah diriwayatkan oleh sosok perempuan ideal ini. Apalagi Aisyah masih muda belia. 

Kondisi tanah Arab yang saat itu dilanda peperangan, banyak para pejuang Islam yang mati syahid. Mereka meninggalkan istri-istri yang memiliki banyak tanggungan. Rasulullah pun menikahi beberapa janda-janda tua banyak anak yang ditinggal mati suaminya. Semata-mata demi untuk melindungi agama dan kehormatan mereka. 

Namun, istri Rasulullah yang paling muda belia, cantik, lincah dan cerdas adalah Aisyah. Maka jelas kalau alasan Rasulullah berpoligami tidak semata-mata karena nafsu seperti kebanyakan oknum pelaku poligami.

Lantas apakah poligami masih sesuai diterapkan di masa kini yang notabene, aman-aman saja? Tentu saja boleh, mengingat konon lelaki punya kecenderungan mencintai lebih dari satu dan jumlah perempuan yang semakin banyak dibandingkan jumlah laki-laki di dunia. Tetapi tentu saja, harus dikembalikan lagi apa tujuan dia poligami? Untuk ibadah mengikuti sunnah atau hanya untuk melegalisasi nafsunya tanpa ada tujuan akhirat.

Dan saya terperangah mendengar perkataan salah seorang kolega laki-laki tentang poligami. Dia mungkin tidak sesoleh para ustadz, tetapi dia berusaha jujur.

Kalau gue ditanya apakah gue pengen poligami? Pengen lah! Gue kan laki-laki! Dan setiap laki-laki punya kecenderungan untuk mendua. Apakah itu lewat jalan ilegal atau legal.
Tapi kalau gue ditanya, apakah gue sudah siap untuk poligami? Gue akan jawab belum! Demi Allah gue belum siap untuk 'buka cabang' keluarga.  Gue merasa belum menjadi imam yang baik untuk keluarga gue. Kalau boleh dikatakan dalam kacamata bisnis, keluarga gue masih jauh dari kata ideal, untuk membuka cabang baru.
Jangan sampai buka cabang baru malah membuat perusahaan inti malah jadi gulung tikar! Dan akhirnya semuanya tutup karena merugi.
Dan jangan sampai juga dengan adanya keluarga baru, malah mengurangi kesejahteraan keluarga lama yang membersamai gue dari awal. Contoh sepele, masa anak gue jadi harus pindah sekolah karena gue gak punya cukup uang buat dibagi. Atau anak dari istri baru gue mesti lahiran di bidan karena gue gak punya cukup uang untuk memberi fasilitas yang sama seperti anak  gue dari istri pertama dulu. 
Dan gue belum yakin, gue sudah jadi ayah yang sempurna untuk anak-anak gue sekarang. Jangan sampai tambah anak bukannya tambah rezeki malah jadi tambah petaka.  
 Dan gue rasa kalau gue sudah berhasil memberi nafkah lahir batin untuk keluarga gue yang satu ini dan gue sukses menjadi imam yang baik dengan mendidik rohani istri dan anak-anak gue sesuai Al Quran dan hadits, gak perlu lah sampai berbusa-busa minta izin kawin sama istri gue. Pasti mereka sendiri yang akan mempersilahkan terlebih dahulu.
Coba deh jujur! Apa lagi yang perempuan sholehah dambakan selain punya suami yang selalu memenuhi nafkah lahir batin, punya waktu untuk bersama-sama mendidik anak, suami soleh yang mengajarinya agama bahkan untuk masalah sepele tentang ikhlas? Setelah teruji bertahun-tahun, pasti perempuannya sendiri yang luluh dan malah menyodorkan perempuan sholehah lain untuk menjadi bagian dari tim. 
Dan gue belum siap untuk itu! Hahaha bisa-bisa hidup gue malah makin berantakan kalau poligami sekarang.  
Lelaki itu mengakhiri argumennya. Dan tetiba saya terbayang beberapa contoh poligami yang saya lihat sendiri. Ada contoh poligami yang aman damai dan terlihat bahagia. Ya karena saya tahu persis, laki-lakinya sholeh dan sukses menjadi imam untuk keluarganya. Nafkah lahir batinnya lancar. Apalagi si laki-laki kebetulan punya perusahaan syariah di luar kegiatan keagamaannya.

Ada juga contoh poligami amburadul. Laki-laki yang bahkan tidak punya cukup waktu untuk istri dan anaknya karena kesibukan yang tak jelas. Tidak sempat mengajari anak dan istrinya agama, apalagi jadi imam shalat. Hartapun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dari keluarga lama. Tetiba malah kecantol dengan pelakor yang sama sekali bukan sosok perempuan baik. Akhirnya keluarga itu berantakan. Lelaki itu malah kehilangan semuanya, termasuk harga diri. Dan entah bagaimana nanti dia harus menjawab pertanyaan Allah di akhirat nanti?


 
 


Comments

  1. Hmm berat ya soal poligami. Jika memang ingin diniatkan ibadah, lebih baik dalami secara matang. Jangan sampai ada pihak yg tersakiti :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak! Konsekuensinya besar banget. Kasihan juga sebetulnya lakinya....ntar di akhiratnya siap gak ditanyai...

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial