MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Will of God: Memahami Takdir Sebagai Ketetapan Allah



Sebuah pertanyaan paling mendasar yang belum pernah terpikir di benak saya sebelumnya adalah apakah atau siapakah yang pertama kali diciptakan Allah?

Apakah malaikat, jin, langit dan bumi, setan? Karena yang saya tahu, Nabi Adam, nenek moyang manusia adalah yang terakhir kali diciptakan. Manusia memang diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi seperti termaktub dalam Quran Surah Al Baqarah ayat 30.

Dan akhirnya saya tahu kalau hal pertama yang Allah ciptakan adalah 'Al Qalam' atau pena. Allah bahkan menciptakan pena, 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.

Mengapa pena? Karena pena itulah yang menuliskan takdir setiap makhluk yang diciptakan Allah. Tak ada yang luput satu pun. Bahkan tak ada sehelai daun pun yang jatuh tanpa sepengetahuan Allah. Semua sudah tertulis jauh hari bahkan sebelum manusia diciptakan.

"Yang pertama kali diciptakan adalah qolam, Allah berkata kepada qolam: Tulislah! Qolam berkata: wahai Rabb-ku, apa yang aku tulis? Allah berkata: Tulislah takdir/ketentuan segala sesuatu!" (HR Abu Dawud dan Ahmad)
 Kelahiran, rezeki, jodoh, kematian, semua sudah tertulis di kitab catatan takdir Lauhul Mahfuz bahkan jauh hari sebelum langit dan bumi diciptakan. Layaknya sebuah film, ada penulis skenario, para aktor dan aktris hanya perlu berlakon sesuai dengan skenario dari awal sampai akhir. Dan Allah adalah sebaik-baik pembuat skenario.

Dalam Islam, takdir dikenal dengan Qadha dan Qadar. Meski percaya Qadha dan Qadar merupakan rukun iman keenam. Namun, sejatinya dalil Qadha dan Qadar tidak pernah berdampingan. Karena keduanya itu berbeda. 

Kalau Qadha adalah area yang tidak dikuasai manusia dan bersifat khusus atau tiap manusia itu beda takdir, misal: jenis kelamin laki-laki atau perempuan (Demi Allah tidak ada jenis kelamin bencong), kematian, jodoh, rezeki.

Maka Qadar adalah ketentuan Allah yang bersifat umum, misal: semua makhluk bernafas menghirup O2 dan melepaskan CO2, manusia berkaki 2,, telinga 2, kalau ditonjok akan merasa sakit, kalau ditinggalkan orang yang dikasihi semua orang akan merasa sedih, dan lain sebagainya.

Qadha dan Qadar adalah takdir atau ketetapan Allah yang harus kita imani. Semua yang terjadi dalam hidup kita ini SUDAH TERTULIS dalam suratan takdir atau Lauhul Mahfuz. Dan kita tidak bisa mengubah takdir, yang bisa kita lakukan hanyalah 'Free Will', suatu tindakan menyikapi takdir Qadha dan Qadar, pilih jalan berpahala atau malah jalan yang hanya akan menambah dosa. Dan semuanya akan dihisab atau diperhitungkan di akhirat nanti.

Misal:
Ada keluarga kita yang sakit kanker stadium 4, yang kata dokter tinggal menghitung hari menuju kematiannya. Pihak medis sudah lepas tangan.
Kita sebagai anggota keluarga punya banyak pilihan untuk menyikapi takdir itu, terlepas hasil akhirnya sudah tertulis di lauhul mahfuz.
Apakah kita pilih usaha ke 'orang pintar' yang cenderung syirik (mempersekutukan Allah) karena pakai cara yang tidak sesuai syariat Islam?
Atau kita pilih tetap ikhtiar ke dokter sambil terus berdoa?
Perlu digaris-bawahi hasil akhir sudah tertulis.
Bila kita memilih tetap ikhtiar medis dan berdoa, kemudian hasilnya sembuh. Demi Allah, itu sudah takdir, jadi jangan sombong, kita wajib bersyukur.
Kalaupun sudah berdoa dan ikhtiar ternyata hasil akhirnya meninggal. Itu pun sudah ketentuan Allah. Kita tidak boleh sedih berlebihan. Doa tetap menjadi amal baik yang berpahala dan akan dibalas di akhirat nanti.

Bukan kah tujuan hidup kita adalah mati khusnul khatimah dan masuk surga? Nah, seseorang akan mati khusnul khatimah atau tidak itu tergantung bagaimana kita berlaku semasa hidup. Apakah 'free will' yang kita lakukan lebih banyak berpahala atau lebih banyak buat dosa. Kalau hidup kita lebih banyak diisi oleh kegiatan yang berpahala, Insyaa Allah meninggalnya Khusnul Khatimah.

Apabila suatu hari kita di sakiti orang, sesakit-sakitnya. Itu QADHA, sudah tertulis di Lauhul Mahfuz. Tidak bisa diubah dengan cara apapun. Tinggal kita pilih jalan yang mana?

Mau pilih memaafkan orang itu dan mendoakan yang terbaik, maka kita dapat PAHALA.

Atau kita balas dia dengan pembalasan setimpal, kita memang puas. Tapi kita dapat DOSA.

Alhamdulillah, dengan mengetahui bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita sudah ditetapkan bahkan jauh hari sebelum kita diciptakan. Maka seharusnya kita lebih 'enteng' menjalani hidup. Yang terjadi, terjadilah. Yang bisa kita lakukan ya cuma menambah pahala dan mengurangi dosa. Pahala didapat tidak hanya lewat ibadah ya, bekerja, berdagang dengan jujur, belajar dengan giat, menyenangkan hati orang tua, meringankan beban orang lain, dan lainnya.

Ucapan terima kasih untuk semua orang yang ditakdirkan hadir di hidup saya hanya untuk menyakiti dan pergi. Alhamdulillah, sampai detik ini saya masih pilih jalan yang Insyaa Allah berpahala. 

Demi Allah, saya akan balas setiap sakit hati dengan kebaikan. Menyibukkan diri dengan memperbaiki hubungan saya dengan Allah, manusia dan makhluk lain. Karena saya tahu, takdir Saya sudah tertulis di Lauhul Mahfuz. 

"Karena hidup semudah melakukan pilihan berpahala dan mensyukuri takdir (Qadha & Qadar) Allah."

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial