MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Uqdatul Kubro

Sepanjang usia saya sebelum bertemu kajian Ustadz Weemar. Saya belum mengenal apa itu makna "Uqdatul Kubro". Hingga saya diajak menyelami tentang kisah Seorang Pembantu Super Teladan.

Bayangkan saja, bila kita yang sedang butuh seorang pembantu dan akhirnya seorang pembantu akan datang pada hari yang ditentukan. 

Tok....tok...
Bunyi pintu diketuk oleh orang yang dinanti-nanti. Buru-buru kita buka pintu. Belum habis rasa kaget kita. Seorang perempuan setengah baya, bertampang kusut dengan 'gembolan' ala orang kampung segera masuk ke dalam rumah tanpa di persilahkan. 

Sang pembantu bahkan tidak bertanya atau memperkenalkan diri. Dia langsung masuk ke dalam mengecek ke setiap kamar di rumah itu untuk mencari kamarnya. Kamar utama dia tinggalkan karena menurutnya terlalu mewah dan besar. Kamar kedua yang merupakan kamar anak terlihat ceria dan kekanank-kanakan, dan pembantu itu merasa kurang pantas di situ. Akhirnya dia sampai ke kamar sempit tapi bersih dekat dapur, sang pembantu langsung menaruh barang-barang di sana.

Kelar menaruh barang, dia segera menyapu bersih rumah, mengelap debu, mengepel, mencuci, menggosok, memasak, dan lainnya tanpa menunggu perintah kita sebagai majikan. Semua pekerjaannya bagus dan beres. Tapi sekali lagi, bahkan si pembantu belum memperkenalkan diri atau mengenal majikannya.

Setelah semua pekerjaan nyaris selesai, si pembantu masuk ke ruang utama tanpa minta izin. Masuk ke ruang utama langsung bongkar lemari kita. Merapihkan baju-baju, mengelap setiap perhiasan yang kita punya di kotak rahasia, tanpa dicuri. Si pembantu jujur memang.

Keesokan paginya, kita lagi tidur enak-enak, tiba-tiba si pembantu sudah duduk di tepi ranjang kita. Bilang, "Bu...mau makan apa hari ini?"

Padahal sekali lagi, dia bahkan belum mengetuk pintu kamar kita.

Dan menurut Anda, enak tidak punya pembantu super teladan seperti itu? Tanpa memperkenalkan diri, tanpa diperintah langsung bekerja sebaik-baiknya demi menjadi pembantu super teladan yang disukai majikan.

Pasti jawabnya, "tidak!".

Mengapa? Karena meski pembantu itu pekerjaannya nyaris sempurna. Tapi terlalu songong dan sok tahu. Dia tidak tahu dirinya pembantu dan kita majikan. Dan sudah pasti tak mau berlama-lama punya pembantu sesongong itu walau pekerjaannya bagus dan gajinya murah.

Kira-kira begitu juga analogi kita dan Allah. Bila kita yang hamba sahaya ini tidak mengenal siapa tuan kita yaitu Allah Subhanallahu Wata'ala Sang Pemilik Hidup, tapi kita 'sok paling bener' jadi hamba, ibadah sesuka hati tanpa ikut aturan yang ditetapkan oleh Allah lewat Al Quran dan Hadits.

Misalkan, saking getolnya ibadah demi menyenangkan Allah. Maka kita shalat Subuh 8 rakaat. Belum azan Maghrib sudah shalat. Atau puasa 48 jam. Kira-kira benar gak?

Jadi Allah juga tidak suka dengan hamba-Nya yang sok tahu dan songong. Semua ada aturannya di Al Quran dan Hadits. Kita harus tahu diri, kalau kita manusia ini cuma hamba Allah, dan Allah Sang Maha Pencipta yang merupakan majikan kita. 

"Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Yunus: 36)

Aktivitas beragama itu tidak sekedar mengikuti perasaan atau suka-suka kita saja. Ada aturan bakunya di Al Quran dan Hadits. Dan aktivitas beragama khususnya Islam itu bukan sekedar ibadah, kehidupan sehari-hari itu juga diatur dalam Al Quran dan Hadits. Bagi muslim, satu ayat saja dalam Al Quran dia mengingkari kebenarannya, maka sejatinya dia sudah keluar dari Islam. 

Ada 3 pertanyaan terbesar yang merupakan "ibu" dari seluruh pertanyaan atas seluruh masalah manusia di muka bumi ini. Ini pulalah yang akan menjadi landasan/fondasi benar tidaknya aqidah seseorang. Pertanyaan itu adalah:

1. Darimana aku berasal?
2. Untuk apa aku diciptakan?
3. Dan akan kemana aku setelah ini/mati?

Lalu mari kita bahas satu-persatu!

1. Darimana Manusia Berasal?
Setidaknya ada tiga macam pemahaman yang dapat menjawab pertanyaan ini, pemahaman pertama menyebutkan bahwa manusia berasal dari materi. Pemahaman ini dicetuskan oleh seseorang yang bernama Charles Darwin. Ia mengatakan bahwa awal mula kejadian manusia adalah merupakan proses panjang dari sebuah evolusi materi. Ia mengatakan bahwa segala yang ada didunia ini berasal dari satu bentuk materi yang berevolusi hingga membentuk kehidupan sekarang ini.
Ia mengatakan hal tersebut dalam bukunya yang berjudul, “the origin of species”. Buku ini merupakan kontroversi besar pada zaman itu, sebab ia mengatakan bahwa asal-usul manusia adalah berasal dari kera yang berevolusi hingga menjadi manusia. Hingga sekarang pun paham ini masih banyak dipercaya dan digunakan oleh para pengagumnya.
Paham ini telah menjadikan manusia berada pada tingkat yang sangat rendah, dengan mengatakan bahwa manusia berasal dari kera, telah menjadikan tingkat pemikiran manusia pun tidak lebih pintar dari seekor kera. Sekalipun teori ini telah dibantah berulang kali oleh penemuan ilmiah zaman sekarang, namun tetap saja ada orang yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera.
Paham ini juga mengatakan bahwa asal-usul alam semesta merupakan hal yang terjadi secara kebetulan. Secara akal sehat pun sebenarnya paham ini sudah terbantahkan sebagaimana penjelasan pada bab sebelumnya. Paham inilah yang dinamakan dengan paham atheis atau komunis, paham ini menyatakan bahwa segala sesuatu merupakan hasil dari evolusi selama ratusan tahun. Bahwa segala sesuatu berasal dari satu materi yang kemudian berevolusi hingga menjadi seperti sekarang ini.
Ketika seseorang yang berpaham seperti ini menjawab darimana asal usul manusia, maka ia akan memahami bahwa dirinya berasal dari proses evolusi kera yang menjadi manusia. Dengan begitu ia pun akan menganggap bahwa ia hanya berasal dari satu materi yang kemudian akan kembali lagi kepada materi, tujuan hidupnya didunia ini hanya mencari kepuasan materi. Ia tidak memiliki tujuan apapun selain itu. Hal inilah yang kemudian menjadikan ia seorang yang berprinsip materi adalah segala-galanya dan dengan segala cara ia lakukan untuk mendapatkan materi. Sebab menurutnya tolok ukur segala sesuatu adalah materi.
Orang yang berprinsip seperti ini sesungguhnya telah mengalami kekeliruan dalam memahami hidup dan kehidupan. Dengan pemahamannya seperti itu, ia tidak menggunakan akalnya untuk berpikir tentang asal-usul kehidupan, ia hanya menggunakan akalnya untuk mencari kebahagian secara materi.

Kalau manusia berasal dari evolusi kera, yang lambat laun menjadi Pithecanthropus erectus kemudian menjadi Homo Sapiens dan manusia. Lalu mengapa ada kera yang bebal tetap jadi kera? Mengapa dia tak ikut sejawatnya untuk berevolusi jadi manusia. 
Kemudian ada pula paham yang menganggap bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, hanya saja ia tidak mau diatur oleh Tuhan seperti orang liberal. Sebab ia menganggap bahwa Tuhan tidak lebih dari sekedar Pencipta (Creator). Setelah itu, maka ia tidak lagi berkuasa atas apa yang diciptakannya. 

"Agama sama politik mah gak bisa berbarengan, agama-agama aja, politik politik aja..."
Padahal agama yang benar itu mengatur semua sendi kehidupan dari A sampai Z. Islam itu mengatur dari cara ibadah, bersuci, berdagang, politik bahkan teori saintis pun ada di Al Quran.

"Semua agama itu sama..." 
Lah napa situ pilih Islam, Kristen, Budha, dan yang lainnya? Kenapa gak atheis aja?. Padahal harusnya kalau dia memilih agama itu ya sudah harus yakin kalau agamanya paling benar seperti termaktub dalam kitab sucinya masing-masing. 
Paham ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan paham sebelumnya yaitu atheis atau komunis. Hal yang membedakan paham ini hanya pada adanya Tuhan, jika pada paham komunis mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada, maka paham ini mengatakan Tuhan itu ada.
Walaupun pada hakikatnya, kedua paham ini menyatakan bahwa Tuhan itu sebenarnya tidak ada. Paham pertama mengatakan bahwa Tuhan tidak ada dalam eksistensi sekaligus kekuasaannya, sementara paham kedua mengatakan bahwa Tuhan ada dalam eksistensi namun tak berkuasa pada kehidupan ciptaannya. 
Paham ini telah memisahkan antara kehidupan dan agama atau lebih dikenal dengan nama sekulerisme. Dengan kata lain paham ini pun merupakan paham yang tidak mau menggunakan akalnya untuk berpikir secara benar untuk memahami tentang manusia, hidup dan alam semesta. Sekalipun paham ini meyakini adanya Tuhan, namun pada hakikatnya paham ini tidak mengakui adanya Tuhan.
Paham ini pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf berkebangsaan Perancis yang bernama, Montesqieu. Sekalipun Montesqieu meyakini keberadaan Tuhan tapi ia menolak campur tangan Tuhan dalam kehidupan, ia justru menjadikan Tuhan hanya berada di dalam tempat-tempat ibadah dan tidak lebih dari itu.
Kedua paham tersebut merupakan paham yang salah dan dapat dikatakan sesat dan menyesatkan. Sebab kedua paham tersebut telah memandulkan Tuhan, baik dalam hal eksistensi maupun dalam kekuasaan-Nya.
Seorang manusia yang mau berpikir tentang manusia, hidup dan alam semesta secara benar tentu akan mendapatkan sebuah pamahaman yang jernih tentang ketiga hal tersebut. Ia pun akan mampu menjawab tentang asal-usul manusia dan segala sesuatunya dengan jawaban yang benar berdasarkan pemikiran yang sehat dan sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga ia menjadi yakin bahwa hanya pemahaman dengan proses pemikiran yang benarlah ia dapat menjalani kehidupan tanpa rasa ragu dan pesimis.
Dan sebagai umat dari agama samawi khususnya Islam, harusnya yakin seyakin-yakinnya bahwa nenek moyang kita adalah Nabi Adam yang juga seorang manusia, bukan kera. Dan alam semesta ini tidak terjadi dengan sendirinya, pasti ada Sang Maha Besar yang menciptakan semuanya dengan teratur.
2. Apa Yang Harus dikerjakan Manusia di Dunia?
Ketika seseorang telah mengetahui dan memahami tentang asal-usul dirinya, maka dapat dipastikan orang tersebut telah mengetahui tujuan dari hidupnya. Terlepas dari benar atau salah dari pemahaman sebelumnya. Hal ini dikarenakan orang tersebut telah berhasil memecahkan satu pertanyaan besar yang membuat dirinya sadar, akan eksistensi dirinya didunia ini.
Perlu dipahami juga, bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang tidak terlepas dari pemahamannya tentang asal-usulnya tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pemahaman lah yang membuat seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat. Sebagai contoh, orang yang memahami bahwa ia berasal dari materi, maka ia akan bertingkah laku dan berbuat segala sesuatu berdasarkan kepada materi semata. Materi menjadi tolok ukur segala perbuatan, tingkah laku dan cara pandangnya terhadap sesuatu.
Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada orang-orang yang memiliki pemahaman atheis atau komunis. Mengapa hal ini dapat terjadi? Jawabannya adalah karena ia memiliki pemahaman bahwa ia berasal dari materi.

Segala hal akan dilakukan demi tercapainya kepuasan materi, dan ia tidak ingin terikat oleh segala macam aturan yang mengekang keinginannya untuk mendapatkan materi. Justru ia akan membuat aturan-aturan yang menunjang keinginannya tersebut. Dengan kata lain, ia membuat aturan-aturan dan hukum-hukum untuk mendapatkan kepuasan materi dan menjaga agar materi tersebut tidak berkurang dan tidak ada yang mengambilnya.
Berbeda dengan orang yang memiliki pemahaman Islam, ia tentu akan memahami dengan pasti bahwa ia berada didunia ini hanya untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyat : 56
Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51 : 56)
Dengan begitu, ia akan menjalani kehidupan ini dengan berpedoman kepada apa yang telah ditentukan oleh Allah. Ia tidak akan pernah ingin mengambil sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan-Nya.

Ia tidak akan berani untuk melanggar perintah-Nya sebab ia merupakan makhluk ciptaan yang tidak berguna tanpa sang Pencipta. Telah dijelaskan pada bab sebelumnya juga, bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat terbatas dalam segala hal.
Akal yang diciptakan oleh Allah pun ternyata bersifat terbatas, ia hanya dapat menjangkau hal-hal yang dapat diinderanya. Akal manusia tidak akan dapat menjangkau hal-hal yang berada diluar jangkauannya, seperti Dzat Allah. 

Ketika manusia memahami bahwa akal itu bersifat terbatas, maka ia tidak akan pernah mencoba-coba untuk mengambil sesuatu yang berada diluar jangkauan akalnya. Manusia tidak akan pernah mencoba-coba untuk membuat sebuah aturan atau hukum yang sempurna dan dianggap dapat mengatur sistem kehidupan manusia seluruhnya.
Akal manusia akan tunduk kepada apa yang telah diwahyukan oleh Allah dalam Al Qur’an yang telah dibawa oleh manusia agung Rasulullah Muhammad SAW. Apa yang diketahui manusia pertama kali hingga sekarang adalah karenanya adanya informasi sebelumnya (ma’lumat sabiqoh). Dengan kata lain, ada sesuatu yang telah memberi tahu manusia tentang segala sesuatu, yang kemudian sesuatu tersebut disampaikan kembali kepada manusia lain dan begitu seterusnya.
Seseorang dapat menggunakan akalnya untuk berpikir disebabkan adanya empat hal yaitu, fakta, otak yang normal, panca indera, dan informasi sebelumnya (ma’lumat assabiqoh). Dengan adanya empat hal ini maka akal manusia dapat berjalan dengan normal, jika salah satu saja hilang maka manusia tidak akan dapat menggunakan akalnya untuk berpikir.
Manusia yang telah memahami hal tersebut, tentu akan menjalani hidup sesuai dengan  apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Berdasarkan pada ayat Al Qur’an diatas, Allah telah memberitahukan kepada manusia (ma’lumat sabiqoh) bahwa tugas manusia hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya tanpa kecuali dan pilih-pilih.
Kalau tujuan penciptaan kita hanya untuk beribadah kepada Allah. Lalu mengapa kita ngoyo berkarir di suatu tempat yang bahkan kita tak sempat ngaji dan ibadah lainnya? Memangnya nanti bos kita akan menjamin masuk surga?

Kita boleh sukses dunia, tapi kesuksesan dunia itu dalam rangka beribadah kepada Allah, bukan sekedar mengejar dunia yang fana. Boleh jadi pengusaha sukses, asal tugas utama kita untuk beribadah kepada Allah tercapai. Tugas utama kita untuk menjalani hidup sesuai Al Quran dan Hadits tercapai. Ibadah bagi muslim bukan hanya shalat lima waktu. 
Ketika seorang telah mengetahui dan memahami tentang asal-usul dirinya dan tujuan hidupnya, maka akan muncul pertanyaan yang sama pentingnya yaitu, akan kemana manusia setelah meninggalkan dunia?
3. Akan kemana Manusia Setelah Mati?
Orang yang memiliki pandangan segala sesuatu berasal dari materi tentu akan menjawab setelah mati akan kembali menjadi materi dan selesai. Berbeda dengan seorang muslim yang telah memahami kedua pertanyaan sebelumnya, setelah alam dunia ini ia akan menjawab bahwa ia akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang telah diperbuatnya selama didunia.
Seorang muslim yang telah memahami bahwa ia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya dihadapan Hakim yang Maha Adil, tentu akan bersifat hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Seluruh hidupnya akan digunakan hanya untuk mengikuti seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Ia akan mengingat firman Tuhannya,
“Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?.” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).” (QS. Yaasin : 51-52)
Seorang muslim yang telah memahami hal ini akan semakin bertambah keimanannya kepada Allah. Dengan begitu ia akan selalu berusaha menjaga hati, kata dan perbuatannya agar selalu sesuai dengan aturan-Nya. Jika ia tergelincir kedalam khilaf dan dosa, dengan cepat ia segera sadar dan segera memohon ampunan kepada Allah SWT dan belajar dari kesalahannya tersebut untuk tidak diulanginya lagi.
Pertanyaan ketiga tersebut diatas merupakan penentu dari aktivitas kehidupan seorang muslim. Setelah mengetahui bahwa dirinya akan mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya dihadapan Hakim yang Maha Adil, ia akan menjalani seluruh aktivitas kehidupan ini dengan aturan dari Allah SWT yang telah menciptakannya.

Jadi mau dibawa kemanakah hidup kita?

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial