MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

MANUSIA: Khalifah di Muka Bumi



Nama Nabi Adam Alaihisalam.disebut dalam Al-Quran sebanyak  25 kali di beberapa surah dalam Al Quran. Dalil-dalil tentang penciptaan nabi Adam bisa kita jumpai pada surah al-Baqoroh ayat (30-39)
Allah berfirman "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi," Mereka berkata "Apakah Engkau akan menjadikan orang yang akan merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?Dia (Allah) Berfirman "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

Sekilas dari ayat tersebut, malaikat yang bertanya pada Allah terkesan meragukan keputusan Allah untuk menciptakan makhluk bernama manusia. Sebenarnya malaikat adalah makhluk Allah yang tak akan pernah menolak perintah Allah, pertanyaan malaikat itu lebih kepada penasaran, ingin mencari tahu dan memohon penjelasan agar dapat dijadikan hikmah bagi mereka bukan sebagai bentuk penolakan akan apa yang diciptakan oleh Allah swt.

Lalu mengapa malaikat bisa berprasangka buruk, kalau manusia hanya akan membuat kerusakan di muka bumi? 

Karena menurut kitab Bidayah wa Nihayah, ribuan tahun sebelum Adam diciptakan, Allah telah menciptakan malaikat, jin, dan iblis. Ada dua kelompok bangsa jin bernama Hin dan Bin yang sudah menghuni bumi. Namun sayangnya, Hin dan Bin ini lama-kelamaan malah membuat kerusuhan di bumi. Mereka saling membunuh dan berbuat kerusakan. Bumi jadi 'chaos'.

Maka Allah mengutus bangsa Iblis Azazil yang dijuluki Abu Kurdus bersama para tentara langit yang terdiri dari para malaikat dan bangsa jin baik untuk membunuh dan mengusir bangsa jin dari golongan Hin dan Bin ke pulau-pulau di tengah laut. Itulah mengapa kini kita mengenal ada sosok penguasa lautan semacam Nyi Roro Kidul atau fenomena Segitiga Bermuda, mereka tak lain dan tak bukan adalah bangsa jin Hin dan Bin yang tersisa dan masih menghuni tempat tersebut sampai hari kiamat nanti.

Kenangan buruk akan bangsa jin Hin dan Bin yang menghuni bumi dan berbuat kerusakan itu membuat malaikat agak sangsi dengan makhluk baru bernama manusia. Namun Allah meyakinkan kalau, Nabi Adam yang merupakan bapak moyang manusia ini spesial. Allah lebih tahu segala kebaikan atas penciptaan manusia.

Kalau malaikat yang terbuat dari cahaya, jin dan iblis yang terbuat dari api, dibuat hanya dengan 'Kun Fayakun'. Maka khusus manusia, Allah membentuk sendiri dengan 'tangan-Nya', tanah liat kering menjadi sesosok manusia bernama Adam yang ditiupkan ruh ke dalamnya.  Allah juga yang mengajarkan langsung beragam ilmu kepada Adam, dan ilmunya melebihi malaikat. Makanya Allah menyuruh malaikat, jin dan iblis bersujud kepada Adam.

Satu-satunya yang tidak mau bersujud hanya Iblis. Karena iblis yang terbuat dari api yang sangat panas merasa lebih unggul ketimbang Adam yang hanya terbuat dari tanah. Sifat sombong iblis ini yang membuat iblis diusir Allah dari surga, 

Tentu saja iblis tak terima diusir Allah dari surga. Sebelum pergi, iblis mengajukan satu permohonan, agar ia diberikan umur panjang hingga hari kiamat. Karena ia ingin mengumpulkan sebanyak-banyaknya manusia untuk menemaninya di neraka nanti. 

Maka manusia pertama yang digoda iblis adalah Adam dan Hawa. Keduanya digoda untuk memakan buah khuldi. Yang karena kesalahan Adam dan Hawa untuk tidak mendekati pohon khuldi inilah, Adam dan Hawa diusir dari surga dan diturunkan ke bumi. Setelah Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, maka dari mereka lahirlah anak keturunan manusia. 

Manusia atau yang biasa disebut oleh Allah dalam Al Qur’an dengan sebutan bani Adam (anak keturunan Adam) mempunyai kedudukan yang sangat mulia, bahkan mahluk Allah yang paling mulia diantara mahluk-makhluk Allah yang lain. Nilai lebih yang diberikan Allah ini merupakan pembeda manusia dengan ciptaan Allah yang lain. Namun kemuliaan manusia ini ada nilai konsekuensi yang berat. Kenapa? Karena pada diri manusia terdapat nafsu yang tidak selamanya dapat diajak kompromi untuk menjalankan ketaatan kepada Allah swt.
Nafsu inilah yang sering membuat manusia tidak konsisten pada nilai kemanusiaanya dan bahkan sering sekali menelantarkannya dalam kehinaan. Diantara pemberiaan Allah kepada manusia adalah diberikanya kemampuan fisik dan berfikir. dua kemampuan ini yang pada dasarnya akan menumbuhkan sumber daya manusia, sekaligus akan memacu manusia untuk mencapai kualitas terbaiknya, bila di barengi dengan kemauan untuk berusaha.
Disisi lain meskipun memiliki nilai kemuliaan, manusia dalam Al-Qur’an tetaplah seorang hamba. Seorang hamba berarti dia punya tanggung jawab yang melekat pada dirinya. Manusia dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah dia mendapatkan tanggung jawab (taklif) yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kemampuannya.
Sejauh mana manusia mampu memenuhi taklif, sejauh itu pula ia mempertahankan nilai kemuliaannya. Sejauh mana manusia mengabdikan dirinya kepada Allah maka selama itu juga ia melaksanakan tanggung jawabnya sebagai hamba. 
Ini mengandung arti bahwa manusia didalam hidup dan kehidupannya selalu harus beribadah kepada Allah swt. Karena Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. 
 “Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Meskipun manusia berstatus sebagai hamba, tapi manusia diberi kedudukan sebagai khalifah Allah dengan berbagai tingkat dan derajatnya, dalam hubungannya secara vertikal dengan Allah ataupun hubungan horizontal sejajar antar sesama manusia. Khalifah sebagai pengganti, ia diberi wewenang terbatas sesuai dengan potensi diri dan posisinya. Namun manusia harus faham bahwa wewenang itu pada dasarnya adalah tugas yang harus di emban dengan penuh tanggung jawab.
Tugas khalifah dalam Al Qur’an biasa disebut imaratul ardh (memakmurkan bumi) dan ibadatullah (beribadah kepada Allah). Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan menugaskan manusia untuk melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan memeliharanya. Karena manusia dalam melaksanakan tugas dan wewenang imarahnya sering melampaui batas, sering melanggar dan bahkan mengambil hak saudaranya, maka Allah meberikan solusi dengan cara bertaubat kepada-Nya.
Imaratul ardh yang berarti mengelola dan memelihara bumi, tentu saja bukan sekedar membangun tanpa tujuan apalagi hanya untuk kepentingan diri sendiri. Tugas membangun justru merupakan sarana yang sangat mendasar untuk melaksanakan tugasnya yang inti dan utama yaitu ibadatullah (beribadah kepada Allah). Lebih dari itu adalah sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang menjadi tujuan utama.
Allah swt. Dalam Al Qur’an memerintahkan kepada manusia agar mampu berpacu dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Perintah ini dipahami untuk menumbuhkan sikap dan perilaku kompetisi untuk mencapai kebaikan, yang berarti memerlukan dinamika tinggi dan berkualitas, serta dibutuhkan juga wawasan kreatif dan inovatif yang luas, tanpa mengesampikan analisa untuk mengantisipasi proses transformasi menuju masa depan yang lebih baik.
Kalau manusia disebut khalifah atau pemimpin di muka bumi. Apakah pantas seorang khalifah punya sifat malas, pengemis, bodoh, rakus, pendusta, mesum, dan pembuat onar? 
Pembangunan kualitas manusia dipahami sebagai metode yang menitik beratkan pada program-program. Tapi wujud dari dinamika ini adalah gerakan- gerakan yang selalu menuntut kita untuk giat bekerja dan berbuat yang terbaik. Hal ini sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah saw. Dalam kesehariannya, Rasul selalu mempunyai kesibukan bahkan sampai membantu istri-istri beliau dalam menjait baju dan sendal. Diriwayatkan dalam hadis: ” seberat-berat siksa manusia pada hari kiamat adalah orang yang hanya dicukupi orang lain dan menganggur”Kualitas manusia pada dasarnya ditentukan oleh potensi dirinya. Potensi diri yang membentuk kualitas ini meliputi berbagai aspek kehidupan. Secara umum potensi yang telah diberikan oleh Allah swt. Kepada setiap manusia mukallaf (aqil, baligh) adalah potensi akal dan fisip. Potensi akal berkembang menjadi ilmu pengetahuan sedangkan potensi fisik berkembang menjadi ketrampilan, semangat berkarya dan lainya.

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial