Alhamdulillah sudah hampir 4 tahun ini saya nyantri dan sekaligus menjadi sukarelawan di ma'had Askar Kauny. Seperti saya bilang, di sinilah saya akhirnya mendapatkan pintu hidayah, yang Insya Allah akan selalu saya pegang sampai mati.
Askar Kauny ini mewujudkan impian yang bahkan dahulu tidak berani mimpi untuk menghafalkan Quran. Jangankan mengajar tahfizh, menghafal saja dahulu rasanya mustahil.
Sebenarnya salah satu alasan saya mengajar ngaji bukan karena sok pintar tapi supaya saya bisa lebih istiqomah untuk memperbaiki diri. Dan Qadarallah, kali ini selain santri online, saya juga diamanahi puluhan santri emak-emak yang sedang menghafal surah Al Kahfi dengan metode Askar Kauny.
Waktu saya memunculkan ide untuk menghafal surah Al Kahfi saja, mereka sudah pesimis. Ayatnya terbilang banyak dan panjang-panjang, belum lagi ayatnya kurang familiar. Apalagi semuanya adalah emak-emak biasa yang bukan jebolan madrasah atau pesantren. Saya menyemangati tentang hikmah di balik Surah Al Kahfi dan juga sunnah yang sangat dianjurkan di hari Jumat. Akhirnya ibu-ibu tadi semangat 45 menghafal.
Tentu bukan hal mudah memberikan hafalan (ziyadah) kepada emak-emak rempong ini. Maka biasanya saat sesi offline saya akan berikan ziyadah, lalu direkam biar bisa diulang-ulang oleh mereka di rumah. Jadwal setoran tiap hari dari Senin-Jumat lewat Whatsapp Group. Saya pun review makhraj dan tajwid mereka secara online dan offline. Tak hanya jadwal setoran hafalan tiap hari. Emak-emak ini punya tugas rutin buka Al Quran minimal 2 halaman setiap hari, kalau dalam keadaan suci maka setorannya tilawah mandiri. Kalau sedang berhalangan maka setorannya tarjim (membaca terjemah Al Quran).
Biar apa? Biar mereka dekat dengan Al Quran. Setidaknya dengan sering membuka Al Quran, hati mereka melembut dan mudah menerima kebenaran. Dan mereka bersemangat.
Kalau sebelumnya Al Quran lebih sering jadi pajangan di lemari, sekarang Al Quran sudah menjadi barang yang wajib ada di dalam tas.
Ada salah satu santri kesayangan saya yang kebetulan bekerja sebagai asisten rumah tangga di komplek. Saban hari dia pasti mendekap Quran (plus terjemah) untuk dibawa ke rumah tempat dia bekerja. Kalau dahulu, sambil masak atau menggosok itu sambil nyanyi, sekarang sambil murojaah atau menghafal Al Quran. Masyaa Allah Tabarakallahu.
Bagaimana sikap majikan yang mendapati sang ART sekarang getol menghafal Al Quran? Sang majikan sih senang-senang aja. Bahkan cenderung tak berani memindahkan Al Quran yang sering tergeletak dimana saja ART meninggalkannya. Dan bagusnya, dua bocah yang diasuh sang ART ikut hafal Al Kahfi.
Emak-emak ini juga sudah mengubah kebiasaan menina-bobokan anak yang semula dengan nyanyian, sekarang dengan ayat-ayat suci. Tidak ada lagi musik di rumah. Yang ada murottal.
Alhasil bukan hanya emak-emak yang hafal surah Al Kahfi, anak-anak mereka yang masih balita pun lancar melantunkan surah Al Kahfi. Kok bisa?
Iya maklum, emak-emak kalau murojaah atau hafalan suaranya keras dan berulang-ulang. Bahkan ada emak-emak kalau mau setoran 1 ayat saja harus diulang 50 kali. Alhasil si anak yang hanya mendengar ikut kecipratan hafal. Alhamdulillah.
Insya Allah, Ramadhan ini Insya Allah kami mau membuka hafalan akbar surah Al Kahfi seperti Sukabakti Menghafal dahulu. Bukan di Sukabakti tetapi di sebuah masjid besar.
Kenapa Al Kahfi? Karena selain saya ingin membuat semua orang semakin waspada dengan fitnah dajjal. Saya juga sudah punya puluhan asisten untuk program hafalan akbar untuk Ramadhan kali ini. Dan mereka senang karena punya kesempatan untuk me-mutqinkan hafalannya.
Comments
Post a Comment