MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Lelaki itu...


Siang itu mata saya basah oleh haru menatap adegan seorang lelaki pasien stroke yang susah payah menyuap buah ke mulutnya. Tangannya kebas, namun dia berupaya keras melatih tangannya. 
Matanya berkaca-kaca, terkadang saya melihat kilatan marah juga di sana. Mata memang tidak bisa bohong. Di balik ketegarannya, matanya masih tak mampu menyembunyikan kesedihan tiada tara juga perasaan gagal menjadi lelaki untuk pertama kalinya.

Bagaimana tidak, lelaki berperawakan sedang yang terbiasa mengangkat beban berat sehari-harinya kini terbaring lemah tak berdaya. Jangankan mengangkat kayu yang biasa digunakan untuk berkarya. Mengangkat sepotong melon saja tak kuat.

"Allah..." bisik lelaki itu yang geram, betapa tangan kanannya tak lagi bisa diajak kompromi. Sepotong melonnya berkali-kali jatuh. Ia hampir menyerah, kalau saja ia tak ingat ada istri, dan 3 anak yang masih kecil dan membutuhkannya. Seorang ayah dan suami yang kuat. Ia pun mencobanya lagi dan lagi dengan mata yang memerah. 

Lelaki itu adalah sosok ayah dan suami yang baik, tidak neko-neko bahkan terlalu penyabar. Setiap tetes keringat yang keluar adalah untuk mencari nafkah demi menghidupi istri dan ketiga anaknya. Hidupnya memang tak mudah, namun keteguhannya sudah lebih dari cukup membuat hidup anak dan istrinya menjadi mudah dengan memilikinya.

Tak punya pekerjaan tetap, tak membuat dirinya patah arang untuk mensejahterakan anak istrinya dengan rizki yang halal. Bahkan walau dia harus menggunakan tenaganya demi untuk menjemput rizki.

Lelaki itu hampir tidak pernah sakit, karena dia benar-benar bertekad untuk selalu bugar demi anak dan istrinya. Dan ketika tetiba stroke menghampirnya maka dunianya seakan hancur berkeping-keping. Lelaki yang harusnya menjadi pelindung dan pencari nafkah tetiba harus kehilangan daya, lumpuh entah sampai kapan.

Istri lelaki itu adalah sahabat saya, maka saya membisiki sahabat saya. "Demi Allah...jangan tinggalkan dia. Temani dia dengan ikhlas. Dia lelaki baik yang sedang tak berdaya. Insyaa Allah badai akan segera berlalu. Aku bantu doa."

Dan sahabat saya tergugu. Tanpa banyak bicara.

Dalam hati saya berdoa, "Ya Allah, sembuhkan lelaki itu. Berikan ketabahan pada keluarganya untuk melewati ini. Cukupkan keluarga mereka lewat rizki yang tidak disangka-sangka."

Miris....Ada lelaki yang sedang stroke sedih bukan kepalang karena tak mampu menafkahi anak istrinya lagi. Namun banyak di luar sana, lelaki sehat bugar banyak uang tapi pelit atau bahkan tak mau menafkahi anak istrinya. Karena mereka lebih suka mempergunakan uangnya untuk kesenangan sendiri. Naudzubillahimindzalik...! Semoga mereka masih diberi waktu untuk menyadari kesalahannya sebelum meninggal. Karena Allah mengancam para lelaki yang menyia-nyiakan anak-istrinya karena kebakhilannya. 

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial