MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Berburu Dokter Spesialis Anak


Sebelumnya, saya hampir tidak punya dokter spesialis anak favorit untuk anak saya Sydney. Semua terjadi begitu saja dan saya sama sekali tidak sempat survey untuk memilih rekanan dokter spesialis untuk anak. 

Sydney lahir prematur dengan beragam riwayat kesehatan yang mengharuskan dia mendapatkan perawatan khusus di salah satu rumah sakit swasta ternama di Bintaro. Dan Qadarallah, Sydney ditangani oleh dokter spesialis anak-anak prematur yang akhirnya menjadi dokter Sydney sampai dia usia hampir dua tahun. 

Setelah itu Sydney lebih banyak ditangani oleh dokter-dokter di Hermina Ciputat. Dua kali dirawat inap untuk kasus yang hampir sama yaitu diare. Selebihnya hanya penyakit biasa, yang terngeri ya flu Hongkong, gejala demam ala flu tapi muncul bintik-bintik seperti cacar.

Hanya saja sejak pertengahan tahun lalu, Qadarallah Sydney tetiba batuk tak sembuh-sembuh. Batuknya sih tidak parah hanya seperti berdehem, tapi cukup mengganggu buat saya orang tuanya. Sebelumnya memang Sydney rada gampang terkena ISPA atau infeksi saluran pernafasan. Mungkin karena waktu Sydney lahir, paru-parunya belum terlalu sempurna karena belum cukup umur. Sebelum lahir, saya sempat dirawat 5 hari untuk disuntik penguat paru, kondisinya saya sudah pecah ketuban diusia kehamilan 31-32 minggu.

Sydney sempat di-treatment di RS langganan. Segala jenis tes dari tes darah, rontgen sampai mantoux dilakukan. Sydney memang terkena infeksi karena leukosit cukup tinggi (19.000), dan hasil rontgen menunjukkan ada noda di thorax, tapi mantoux hasilnya negatif. Tidak sembuh-sembuh padahal hampir tiap minggu harus absen di dokter dengan biaya yang lumayan mahal. Saya tidak pakai BPJS kelas 1 jadi pakai uang pribadi untuk dokter terbaik.

Sampai di satu titik. Dokternya nyerah, dan merujuk ke dokter spesialis anak sub bagian pulmonologi di RS Fatmawati. Beruntung saat kami ke RS Fatmawati, paviliun Griya Husada (eksekutif) si dokter tidak ada tapi suster menunjukkan tempat prakteknya di sebuah klinik di Pondok Labu. Maka larilah kami ke sana.

Kliniknya kecil dan saya sempat underestimate apa iya dokternya bagus. Maklum selama ini Sydney selalu mendapatkan perawatan di RS besar dan mahal. Tapi ya Sydney jadi parno dengan yang namanya ke rumah sakit bertemu dokter.

Kesan pertama bertemu dokter Dody, Sydney terlihat nyaman. Dokter Dody sangat ramah dengan anak, bahkan Sydney diajak ngobrol dahulu di ruang tunggu sebelum digiring ke ruang praktek. Dan ajaib, Dokter Dody langsung tahu apa sebenarnya penyakit Sydney. Sydney diharuskan mengkonsumsi obat selama 3 bulan penuh, setiap sebulan sekali harus kontrol. Dan you know, berapa harga obat itu? Hanya 29 ribu (untuk 30 hari). Allahu Akbar! Biasanya menebus obat saja sampai sejutaan.  Biaya dokter spesialis standar lah ya.

Seharusnya jadwal kontrol Sydney tanggal 14 Februari, sayangnya sudah semingguan ini batuk Sydney makin parah dan tambah demam. Jadinya datang sebelum jadwal, ternyata Sydney kena radang tenggorokan. Alhamdulillah 'alaa kulli hal. 

Pasien dokter Dody banyak. Ada yang sudah 18 tahun tapi tetap maksa berobat dengan dokter Dody karena sudah dari bayi berobat dengan dia dan cocok. Ada juga banyak pasien rujukan dari rumah sakit-rumah sakit besar.

Ohya dokter Dody praktek setiap Senin, Selasa, Kamis jam 18.00-selesai di Mediko Farma Pondok Labu. Selebihnya dokter Dody praktek di RS besar.

Bagi ibu-ibu yang punya anak sakit tapi belum sembuh-sembuh juga. Coba ikhtiar ke dokter Dody Firmanda. Insyaa Allah kalau cocok ya sembuh.


Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial