MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Seni Mendidik Anak Sukses ala Shareen Ratnani


Siapa bilang mendidik anak agar sukses itu semudah membalikkan telapak tangan? Dan saya yakin sekali bahwa di balik kesuksesan seorang anak ada orang tua yang sukses mendidik anak dengan baik. Kesuksesan bukanlah sesuatu yang diturunkan. Orang tua yang sukses belum tentu bakal memiliki anak yang sukses di masa depan. Kira-kira begitulah mindset yang ada di dalam diri saya.

Beruntung hari ini saya mendapat undangan parenting workshop dari IQ Education Bintaro, lembaga pendidikan luar sekolah yang menawarkan program kekinian yaitu coding for kids. Kebetulan saya tipe orang tua yang antusias pada teori parenting, tapi yah terlalu malas untuk mempraktikannya setelah bertemu kenyataan pahit di lapangan. Dapat undangan parenting workshop sekaligus open house IQ Education yang baru membuka cabang di Bintaro, maka saya pun meluncur. 

Saya datang terlambat 30 menit, padahal pembicara saat itu adalah Shareen Ratnani, seorang parenting coach yang juga co-founder dari Kiddie Planet Montessori Preschool yang sudah puluhan tahun menjadi pengajar. 

Mrs. Shareen membahas tentang 'The Iceberg Illusion', bahwa orang terkadang hanya melihat permukaannya saja, bahwa seseorang sukses. Padahal di balik kesuksesan ada:
  • persistence (ketekunan)
  • failure (kegagalan)
  • sacrifice (pengorbanan)
  • disappointment (kekecewaan)
  • good habits (kebiasaan baik)
  • hard work (kerja keras)
  • dedication (dedikasi)
Orang di luar tidak melihat bahwa untuk sukses butuh ketekunan, gagal berkali-kali, pengorbanan lebih dari yang dilakukan oleh kebanyakan orang, berkali-kali kecewa, melakukan kebiasaan baik, kerja keras dan dedikasi demi target yang sudah disepakati.  Juga dalam hal mendidik anak agar sukses.

Menurut Mrs. Shareen, kita perlu membiasakan diri untuk menggunakan kalimat afirmatif kepada diri kita dan orang lain. Karena secara tidak sadar, kalimat afirmatif itu secara ajaib akan menstimulasi otak agar melakukan seperti yang diafirmasi. Karena "You are what you think" Kamu adalah apa yang kamu pikirkan.

Cobalah memperkenalkan diri dengan tambahan kata "sukses" di depan. Selain menambah percaya diri juga akan menjadi doa, siapa tahu ada malaikat lewat lalu diaminkan.

Seperti misalkan, saya memperkenalkan: "Hai...My name is Risma and I'm a successful writer..."

Terdengar sombong? Ah tidak! Menurut buku The Miracle of Water-nya Masaru Emoto yang pernah saya baca juga bilang begitu. Karena tubuh kita sebagian besar terbuat dari air. Menurut penelitiannya, bila air dikata-katai hal buruk, maka secara ajaib partikel molekul air berubah menjadi buruk, begitu sebaliknya.Nah makanya biasakan bilang yang baik-baik.

Jadi kalau kita sering bilang ke anak, "kamu nakal!" maka dia akan nakal. Karena kata-kata itu secara tidak sadar 'memerintah otak' agar anak menjadi nakal. Astaghfirullahal azhim, tepok jidat! Entah sudah berapa kali saya bilang.

Mrs. Shareen bilang, setidaknya ada 13 hal kunci sukses mendidik anak:
1. Social skill for success.
Alias kemampuan dasar untuk bersosialisasi. Percuma anak pinter tapi dia tak punya kepekaan sosial atau malah tidak bisa berinteraksi dengan orang. Orang tua yang baik akan memberikan social skill untuk bekal hidupnya nanti, seperti: kemampuan berkomunikasi secara verbal/non-verbal, etiket, negosiasi dan berkompromi.

Kalau Anda pernah melihat ada orang pinter dan tajir melintir tapi kelakuannya seperti 'bajingan' yang tak punya sopan santun plus arogan. Mungkin orang tuanya yang sudah terlanjur kaya, lupa menyelipkan ajaran ini waktu memembesarkannya.

2. Emotional Contagion
Tahu tidak, kalau emosi atau perasaan orang itu akan menular. Maka orang tua yang tidak bahagia batinnya secara tidak sadar akan membentuk anak yang tidak bahagia. 

Makanya orang tua yang baik adalah orang tua yang jago akting. Selalu menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja bahkan saat 'dunia mereka runtuh'. 

Stress dan capek yang tidak dikelola dengan baik akan membuat kita tak bisa mengolah emosi. Alhasil jadinya orang tua senewen dan melampiaskan kemarahannya pada anak. Maka proses mendidik pun akan gagal.

3. High expectation
Jangan pernah bandingkan anak Anda dengan anak lain. Jangankan anak lain yang beda bapak lain ibu. Anak satu kandung pun kadang beda karakter dan kemampuan.

Pengharapan yang tinggi terhadap anak akan membuat kekecewaan yang besar juga. Yang perlu dipahami adalah anak kita berbeda dan unik. Setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Tapi ingat juga 'pygmallion effect' kalau seseorang akan bertindak sesuai prasangka atau harapan orang kepadanya. Misal kita bilang: "kamu pasti bisa", maka anak secara tak sadar akan berusaha memacu diri untuk bisa. 

4. Practice make perfect
Alah bisa karena biasa. Seberapa banyak kita mendapat teori kalau tidak dipraktekkan maka tidak akan mahir. 

Sama saja bila kita niat mau menurunkan berat badan dengan menjadi anggota gym. Kalau hanya bayar tapi tidak rutin 'nge-gym' ya wassalam!

5. GRIT: The powerful, success-driving personality
 Ajari anak untuk menentukan target atau cita-cita di masa depan. Kemudian hargai setiap proses yang sudah dia lakukan untuk mencapainya.

Jadi yang benar itu bukan memuji anak, "kamu pintar deh..."

tapi pujilah prosesnya, "kalau kamu tidak serajin itu pasti kamu tidak akan ranking satu ya..."
atau "mama bangga kamu tekun berlatih..."

6. Growth mindset
Ubahlah mindset kalau seseorang sukses karena bakat atau takdir. Berhenti bilang "Albert Einstein itu jenius". Tetapi "Albert Einstein itu tahan banting mengatasi segala masalah."

7. Positive relationship
keluarga yang harmonis sedikit banyak berperan penting bagi tumbuh-kembang anak sukses.Karena kebanyakan anak broken home itu orang tuanya sibuk saling menyalahkan. 

8. IQ + EQ = Success
IQ tinggi tidak cukup untuk menjadi sukses. Orang sukses juga harus bisa mengolah rasa. 

Percuma IQ tinggi kalau emosi meledak-ledak, gampang galau dan ujung-ujungnya mudah putus asa dan ingin bunuh diri.

9. Effective praise
Memuji itu sangat perlu! Tetapi memuji juga ada tekniknya. Alih-alih bilang "good job!" lebih baik beri pujian, "i like the way you combine the color on that artwork."

Daripada bilang, "bagus!" coba bilang, "wah kamu ternyata pandai yang menyusun puzzle. Tak mudah menyerah."

10. Don't be a helicopter parent!
Menurut Mrs. Shareen, helicopter parent itu tipe orang tua yang selalu mengawasi agar mudah menolong, membantu mengatasi kesulitan anak. Kita tak perlu melakukan semuanya agar anak bahagia.

Anak juga perlu berusaha sendiri, perlu gagal agar tahu caranya menghargai kesuksesan. Suatu hari nanti anak juga harus hidup mengatasi kesulitannya sendiri. Kapan anak bisa mandiri kalau semua dipenuhi.

Kata Mrs. Shareen lagi, zaman sekarang tidak hanya helicopter parent, tapi drone parent. Alias orang tua 'canggih' yang rumahnya ada cctv dan punya pengasuh/pelayan yang akan mengawasi anaknya saat sedang sibuk. Caranya cukup lihat aplikasi di ponsel pintar untuk melihat situasi anaknya di rumah atau telpon si nanny.

11. Lets move it!
Biarkan anak mengeksplorasi sendiri. Jangan semuanya didikte. Anak juga perlu belajar.

12. Life everyday: assign chores
Meski di rumah ada pembantu dna pengasuh, anak juga perlu diberi tanggung jawab pekerjaan rumah. Jangan semuanya dilakukan pembantu. 

Kira-kira begitulah rangkuman parenting workshop bersama Mrs. Shareen Ratnani di acara open house IQ Education Bintaro.

Semoga rangkuman ini bisa menjadi pencerahan bagi semua orang tua yang sedang berupaya membesarkan anak agar sukses di kemudian hari.

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial