MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Kucing-kucing dalam Hidupku

Sepanjang hidup, saya hampir selalu dikelilingi oleh makhluk berbulu yang berbunyi meong. Kesukaan saya pada kucing meong ini sepertinya diturunkan dari garis ibu. Konon ibu saya dahulu selalu punya kucing di rumah. Dan Alhamdulillah, kami kaum perempuan terbebas dari toxoplasma.

Sebenarnya ayah saya dahulu tidak suka kucing. Maka masa kecil kami dihabiskan dengan menculik kucing-kucing tetangga untuk dielus-elus dan dikasih makan. Kami baru bisa memelihara kucing ketika saya duduk di kelas 5 SD.

Ceritanya saat itu saya punya sahabat di bangku SD, namanya Daisy Fithasari. Daisy ini punya kucing kesayangan berwarna hitam putih. Daisy dan keluarganya sangat menyayanginya, namun saat itu Daisy dan keluarga harus hijrah ke Makassar karena sang ayah yang pegawai Pertamina pindah dinas ke sana. Maka kucing kesayangannya diberikan kepada kami.

Jadi kalau diurutkan dari pertama, kucing-kucing yang ada dalam hidup kami adalah:

1. Polly
Nah ini dia si Polly, kucing hitam putih pemberian Daisy. Polly adalah kucing pertama kami dan sekaligus mengubah paradigma kami terutama ayah yang tak suka kucing. Polly bukan kucing biasa. Dia biasa buang air besar dan kecil di WC. Setiap masuk ke dalam rumah setelah asyik 'hang out' dia pasti menjilat kakinya sampai bersih.

Makanan favorit Polly adalah sayur bening bayam, dan sayur daun singkong yang disantan. Bahkan lebih girang dikasih sayur bayam ketimbang nasi dan ikan pindang. Dan dia juga kucing kami yang suka duren.

Polly kucing kesayangan kami. Dia meninggal di usia yang cukup jompo untuk ukuran kucing. 


2. Tilang
Dia adalah hasil perkawinan Polly dengan stray cat (kucing liar) berbulu pendek dan berwarna oranye. Betina belang tiga (hitam, putih, oranye) ini sangat pandai menangkap burung gereja. Saban hari selalu saja ada hasil buruan burung yang masih hidup untuk kami. Tak hanya burung, terkadang cicak dan kadal. Malah suatu hari saya pernah memergoki dia menangkap ular di depan rumah. 

Konon, kucing tiga belang yang sering disebut orang Jawa "condromowo" ini punya kekuatan magis di matanya. Makanya mereka adalah pemburu yang hebat. Cicak akan jatuh begitu saja ketika dipandangi oleh tatapan matanya.

"Jangankan yang jantan, yang betina saja jago...!" Begitu pembenaran dari orang dulu tentang alasan mengapa kucing jantan belang tiga hampir tidak pernah bisa bertahan hidup. Biasanya sejak lahir sudah dimangsa kucing garong yang takut kalau kekuasaannya akan berakhir di tangan kucing sakti. Kalaupun hidup lama, biasanya dia akan diincar oleh para paranormal yang siap membeli si kucing dengan harga berapapun. 

Padahal alasan mengapa kucing belang tiga 99,9 persen pasti betina. Kalau pun muncul yang berkelamin jantan, hanya dua warna saja yang dominan. Warna satunya tidak terlihat jelas. 

Hal tersebut karena genetik kucing yang menyebabkan warna bulu berwarna oranye atau hitam terkandung dalam kromosom X. Setiap kucing betina normal memiliki dua kromosom X, yaitu XX. Tak heran kalau kucing betina bisa memiliki dua warna sekaligus. Adapun, kucing jantan normal yang memiliki kromosom XY, maka kucing jantan hanya dapat memiliki satu warna saja.

Secara ilmu genetika, kromosom itu yang berpengaruh. Bulu berwarna putih itu bukanlah gen warna, namun ini adalah gen modifikasi yang tak terpengaruh dengan kromosom seks X dan Y. Kalau pun ada tiga warna pada kucing jantan, itu adalah mutasi genetik, seperti albino. Bisa juga ada dominasi gold-putih seperti kucing himalaya. Jadi sekali lagi, mitos yang disebut di atas (dimakan induk), tidak benar.

Saya sangat menyayangi Tilang. Tilang adalah ibu kucing yang baik. Bukan tipe kucing betina yang hobi kawin dan melahirkan. Anak-anaknya semua disusui sampai besar, bahkan ada yang sebesar dia. Bahkan dia juga suka memungut anak-anak kucing lain untuk disusui. Biasanya korban anak kucing yang induknya tukang kawin.

Akhir masa hidupnya, Tilang terkena herpes.

3. Tiger
Seingat saya, Tiger adalah anak dari Tilang, cucu dari Poli. Tiger adalah kucing jantan yang penyayang. Kalau biasanya kucing betina yang mengurusi anak-anaknya. Maka Tiger adalah kebalikannya. Dia family-man, semua anaknya dia yang urus. Istrinya? Entahlah kemana. Tiger bahkan mengeloni anak-anaknya. 

Hal yang lucu dari Tiger waktu kasmaran. Dia biasa menyembunyikan pacarnya di dapur rumah kami. Saat kami tak melihat, Tiger mempersilahkan kekasihnya yang kucing liar untuk makan. Suatu kali kami pernah memergokinya, ada kucing lain makan di piringnya, sedangkan Tiger duduk di belakang mengamati.

Aih...pantas saja Tiger mengurus saat kasmaran. Ternyata jatah makannya dikasih kekasihnya. 

4. Roger
Ini kucing paling liar dalam sejarah kucing peliharaan kami. Maklum, dia kami adopsi sebentar. Dia sendiri yang melarikan diri.

Suatu hari saya yang sedang lari pagi dengan salah seorang sahabat saya Santi, melihat seorang laki-laki dengan kucing angora grey tabby di kandang burung. Laki-laki yang mirip preman itu menawarkan kucing itu ke kami. Terus terang saya jatuh hati pada kucing itu. Apalagi si kucing sepertinya lapar dan haus. Lidahnya menjulur-julur keluar. 

Maka tanpa pikir panjang saya beli lah si Roger dengan harga 300 ribu (tahun 2009). Sampai di rumah, Roger makan dan minum dan tertidur pulas. 

Roger baik-baik saja sebelum dia memasuki masa birahi. Roger berubah menjadi liar. Bahkan kami pernah berdarah-darah karena dicakar. Dia bisa membuka pintu sendiri, karena perawakan Roger yang tinggi dan besar. Dan pernah dikurung di kamar mandi luar. Dia sukses memecahkan kaca ventilasi kamar mandi untuk keluar dan kabur. Setelah itu, Roger menghilang. Mungkin dia sudah memulai hidup baru dengan keluarga kecilnya. 


5. Ramzi
Ramzi kami adopsi di awal tahun 2010 ketika masih berusia 3 bulan. Dia adalah pemberian salah seorang teman saya waktu bekerja di Metro TV. Teman pencinta kucing yang juga breeder. 

Alkisah mengapa Ramzi bisa jadi kucing kami. Karena ibu Ramzi yang Maine Coone asli menikah dengan stray cat. Dan jadilah Ramzi. Teman saya tidak mau kucing hasil hubungan gelap itu. Karena biasanya semua kucing-kucingnya punya sertifikat. Alhasil dikasih kami. Saudara kandung Ramzi yang mirip maine coon juga dikasih orang, untuk menjaga kemurnian kucing-kucingnya. 

Nama Ramzi diambil dari salah satu karakter di novel saya yang pernah beredar di toko buku sekira tahun 2012-an "Sekuntum Laila". Novel berlatar belakang lagu Eric Clapton tentang seorang perempuan bernama Laila, seorang penulis dari sebuah kantor pemberitaan ternama. Seorang perempuan sederhana yang menjunjung tinggi kesucian cinta, namun harus terperangkap dalam sebuah suratan takdir yang memilukan.

Adalah Ali, lelaki pemuja Laila. Dialah kekasih, suami sekaligus sahabat Laila. Baginya Laila adalah separuh nafasnya. Seperti layaknya pecinta gila dalam legenda, Ali ingin mempersembahkan sebuah istana cinta untuk kekasihnya Laila. Istana tempat dirinya, Laila, buah hati dan bermilyar cinta di antara mereka. Walau Ali harus menebusnya dengan sebuah perpisahan pedih.
Ramzi layaknya oase dalam padang gersang bagi Laila yang dirundung sepi. Ramzi mengajarkan Laila tentang kerasnya hidup. Bukan salah Laila bila Ramzi hadir di tengah-tengah cinta Ali dan Laila.
Ramzi seorang wartawan perang, yang belakangan diketahui Laila memiliki tanggal lahir yang sama dengan kekasihnya Ali. Ramzi dan Ali bagaikan pinang dibelah dunia. Dua-duanya memiliki sikap dan pembawaan yang sama. Laila hampir-hampir dibuat gila dengan keberadaan Ramzi yang tiba-tiba mencuri hatinya tanpa ampun. Namun sejatinya cinta Laila pada Ali tidak pernah berkurang sedikitpun.
Ramzi adalah pemuja Laila. Baginya Laila adalah bidadari dalam mimpinya. Perempuan yang selama ini dinanti di usianya yang kian senja. Ramzi diam-diam mengagumi mata Laila yang memancarkan segenap keceriaan, dan ketegaran hatinya. Semakin Ramzi mengenal Laila, semakin hatinya menggila karena cinta.
Ramzi hanya bisa mencintai Laila dalam diam, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu. Demikian cintanya Ramzi pada Laila, hingga ia tak mampu menghancurkan kesucian cinta Ali dan Laila. Biarlah Laila hanya menjadi bidadari dalam mimpi Ramzi. Dan seterusnya. Kembali ke Kucing Ramzi.
Saat kecil, Ramzi hampir tiap bulan masuk rumah sakit kucing karena sakit. Paling sering diare. Pernah juga karena alergi debu. Sungguh penyakit yang aneh untuk bangsa kucing. 

Saya menghabiskan masa lajang dengan Ramzi. Ramzi yang paling sibuk ketika ada lelaki yang menyambangi rumah saya untuk melamar. Kami menyayangi Ramzi. Hanya saja, sayang di akhir hayatnya, kami malah kurang perhatian pada Ramzi. Makanya sewaktu dia meninggal kami sedikit terpukul. 

6. Ubeth
Suatu waktu saya pernah mengajar ngaji di suatu kampung bernama Sukabakti. Si Ubeth kucing abu-abu ini selalu menemani saya mengajar ngaji. Bahkan dia yang paling getol duduk di barisan depan, mendengarkan saya memberikan hafalan Quran. Kalau dilihat dari fotonya, terlihat bukan bagaimana Ubeth sangat serius belajar mengaji.

Sekarang saya meninggalkan kampung itu. Dan cinta saya si Ubeth tertinggal di sana juga.

7. Glen
Ini dia si bulu oranye yang kini menemani hari-hari saya. Kucing mix Persia-Maine Coone ini sudah berusia 4 tahun (manusia). Dia paling suka duduk di pangkuan saya ketika saya mengaji atau murojaah hafalan Quran. Dia juga yang suka menemani saya mengetik sampai larut malam. 

Dia satu-satunya kucing kami yang hanya suka makan catfood kering. Tak suka yang lainnya. Begitupun susu. Jadi makanannya hanya catfood kering saja.

Sebenarnya masih banyak kucing-kucing lain yang pernah singgah dalam hidup saya. Tapi hanya 7 kucing ini yang paling saya ingat kisahnya. Salam sayang untuk semua kucing-kucing di dunia. Doa-doa terbaik untuk semua kucing saya yang telah berpulang. Semoga jadi tabungan akhirat saya. 

Salam meong!

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial