MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Apakabar luka?


“People come and go. Everyone that’s been in your life has been there for a reason, to teach you, to love you, or to experience life with you.” 

Sepanjang hidup, entah sudah berapa banyak orang yang datang, singgah, dan kemudian pergi lagi. Ada yang singgah dengan membawa segala kenangan indah, ada juga yang pergi sambil menorehkan luka yang tak akan sembuh kecuali keajaiban.

Dan saya yakin, saya adalah bagian dari orang-orang yang datang dan pergi di dalam kehidupan orang lain. Ada yang tetap mengingat saya sebagai orang baik. Dan mungkin ada juga, segelintir yang mengingat saya sebagai orang jahat yang sukses meninggalkan luka menganga.

Saya bukan tipe orang yang gampang terluka, tetapi juga bukan berarti saya tak pernah terluka. Bila saya terluka, maka butuh waktu yang sangat lama untuk menyembuhkannya. Dan biasanya butuh banyak sekali luka, hingga akhirnya saya mengaduh dan mengakui kalau saya benar-benar terluka. 

Orang-orang di dekat saya tahu persis, betapa saya terlalu kuat untuk dilukai. Tetapi sekalinya terluka, maka seluruh dunia bisa tahu. Walau sisi baik saya seringkali mengingatkan saya untuk tidak terlalu mengingat luka. Tetapi sisi buruk saya, mendorong saya untuk memberikan pembalasan yang setimpal atas luka menganga. Akhirnya yang menang adalah, saya diam setelah menyelesaikan seperempat dari pembalasan dendam. 

Bukan untuk membalas luka orang yang melukai saya. Bukan! Tetapi lebih kepada untuk menyelamatkan kewarasan saya. Toh, sekuat-kuatnya cermin juga bisa retak. Bila didiamkan, mungkin akan hancur berantakan.

Untuk kamu yang melukai saya...Tolong jangan meminta lebih dari maaf saya. Izinkan saya pergi, menghapus rentetan luka, dan memulai hidup baru. 




Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial