MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

My Books

Sebagian besar buku-buku saya adalah fiksi romantis. Namun bukan berarti saya tidak bisa menulis non-fiksi atau tulisan ilmiah. Bagi saya, tulisan fiksi itu sebagai penyeimbang dari keseharian saya yang sungguh tidak fiksi. Di kehidupan nyata, saya harus memeras otak demi membuat tulisan non-fiksi untuk mendapatkan uang. 

Makanya menulis fiksi adalah salah satu hiburan yang menyenangkan di kala suntuk atau senggang. Meskipun fiksi, saya menggabungkan pengalaman pribadi (experience), pengetahuan (knowledge) dan daya khayal (imagination) demi untuk membuat sebuah tulisan fiksi yang masuk akal.

Kalau ditanya, mana tuisan yang paling berkesan? Tentu saja 'Surat Cinta Saiful Malook', yang merupakan debut awal saya sebagai penulis. Tulisan fiksi lain yang sukses mengobrak-abrik hati saya ya 'Sekuntum Laila'. Sampai detik ini masih sulit lepas dari karakter Laila yang terpasung dalam cinta Ali dan Ramzi. 

Tapi kalau tulisan non-fiksi saya yang paling saya suka ya 'Haru Biru Si Ibu Baru'. Itu semacam surat wasiat seorang ibu kepada anaknya nanti.

Kalau bayaran paling mahal untuk tulisan saya sepertinya dari Federal Oil deh. Hanya butuh kurang dari sejam untuk menulis sebuah cerpen senilai 5 Juta Rupiah +++. 

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial