MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Menghitung Hari


Beberapa bulan belakangan ini memang saya mulai terpikir untuk menarik diri dari RQ Ar Rahman dan memulai hidup baru. Ketidaknyamanan yang qadarallah berbarengan dengan drama kehidupan membuat saya merasa harus segera keluar. Walau saya masih belum tahu harus kemana dan bagaimana.

Puncaknya, saya benar-benar sakit. Dispepsia kronis yang membuat saya 'collapse' seperti serangan jantung, masuk UGD dan tahu-tahu harus dirawat di rumah sakit. 

Saya masih ingat ketika antara sadar dan tidak sadar saat saya mengajar ngaji ibu-ibu, sambil menahan sakit yang teramat di antara nafas yang tersengal-sengal. Saya membayangkan, bahwa mungkin azal saya sudah dekat. Sungguh kematian yang luar biasa ketika meninggal saat menyampaikan ayat-ayat Allah, namun saya tetiba ingat Sydney, lelaki kecil titipan Allah yang belum tuntas saya temani dan didik. Maka saya sempat merintih dalam hati, "Allah tolong beri kesempatan lagi!"

Saya pun berhasil menyelesaikan ayat 53 Surat Ar Rahman, sebelum akhirnya saya dilarikan ke UGD Rumah Sakit Hermina Ciputat dan kemudian menghabiskan beberapa malam untuk istirahat total. Sebenarnya saya mau menangis sejadi-jadinya, namun terlalu banyak orang yang datang yang menghibur saya. Lisda, Pipik, Mia, Shelvi, Rera, dan mama Zaki jadi penjenguk pertama. Bahkan mereka yang membantu dan menemani saya sepanjang pagi hingga siang saat saya sendirian di kamar rawat. Sore hingga malam, kamar saya tak henti-hentinya didatangi penjenguk. Beruntung saya dirawat di kamar khusus yang tidak ada aturan jam jenguk dan penjenguk. 

Selepas keluar dari rumah sakit, saya masih meminta waktu untuk istirahat mengajar sampai benar-benar siap. Dan pada akhir September, akhirnya saya menulis surat pemberitahuan:

"Insya Allah, hari Senin (1 Oktober 2018), kita mulai mengaji. Menyelesaikan hafalan QS Ar Rahman. Kelas ibu-ibu sudah di ayat 53. Sedang anak-anak sore ayat 30, kelas malam sudah di ayat 40-an. Dan surat Ar Rahman ada 78 ayat.

Surat Ar Rahman ini sekaligus sebagai penutup kisah saya di Rumah Quran Ar Rahman. Hafalan Ar Rahman akan jadi kenang-kenangan terakhir saya sebelum saya pergi dan memulai hidup di tempat baru.


Insya Allah hafalan ini menjadi salah satu pengikat kita nanti di padang mahsyar. Sekaligus sebagai salah satu alasan mengapa kita akan berkumpul di surga nanti.
Meminjam kata-kata Pak Sobari, "Karena ini bukan tentang kebersamaan aku dengan  mu Tapi ini tentang Kita dengan Alquran."


Ada dan tiada saya di sini, semoga Al Quran akan selalu merekatkan kita. Insya Allah, Allah akan kirim pengganti saya yang jauh lebih berilmu, baik dan mungkin lebih cantik atau tampan. 
Izinkan saya menyelesaikan hafalan surah Ar Rahman, sebelum pergi. Izinkan saya merasakan kehangatan cinta kalian. Bersama-sama mengaji dan menghafal Quran seperti biasa. 


Saya mencintai kalian karena Allah, Allah yang mengirim saya ke sini. Maka Allah pula yang akan menyudahi tugas mulia ini untuk tugas lain. Saya yang haus ilmu akan kembali belajar meraih mimpi. 


Sebelum resmi mengundurkan diri, maka saya akan 'menculik' beberapa santri berbakat dari kalangan anak dan ibu-ibu utk belajar intensif buat pembekalan calon guru dan asisten guru ngaji.
Metode hafalan yang saya berikan juga bisa dipelajari. Saya dorong santri juga ikut program Hafiz on The Street (HOTS) Askar Kauny. Bisa daftar di kauny.comKalau jodoh nanti bertemu saya lagi di sana. Kebetulan saya juga salah satu guru ngaji Askar Kauny yang bertugas membina jutaan santri online dari seluruh penjuru dunia."



Dan akhirnya hari ini, kami berhasil menuntaskan ke-78 ayat Surah Ar Rahman. Berarti, saya hanya perlu menghitung mundur kapan saya pergi.

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial