Catatan harian bertanggal 8 Februari 2017:
Sudah tiga bulanan ini hampir 30 anak yang mengaji gratis di rumah saya juga ikut menghafal surah Ar Rahman. Hasilnya lebih dari setengah anak usia 3-13 tahun hafal 78 ayat beserta arti perkata.
Setiap 4 bulan sekali saya biasanya kasih ujian tulis seputar materi yang diberikan plus ujian lisan untuk hafalan. Hasilnya berupa lembaran semacam rapor untuk para orang tua, agar mereka tahu selama ini si anak "ngapain" aja.
Iseng-iseng berhadiah, saya yang sempat ikutan teater di waktu sekolah dahulu dan pernah menulis skenario akhirnya mengajak anak-anak ikut menjajal sensasi bermain peran. Dengan mengajak sedikit memaksa adek-adekku widya dan Novan untuk jadi juru foto plus tukang desain, akhirnya kelar poster ini.
Ini pertama kali anak-anak saya ajak masuk dapur rekaman. Meski rada kacau karena perdana dubbing, namun lumayan lah ya,
Operet ini rencananya bakal dipentaskan di panggung minggu depan. Kalau okey, mau dibikin film pendeknya ah.
Kisahnya rada terinspirasi dengan film "Children of Heaven" sih tapi plotnya beda banget.
Biarpun operet, ini tidak joget-jogetnya kok.... Tapi tetap anak-anak banget!
Inilah ringkasan ceritanya:
Tersebutlah Rahma, seorang gadis
10 tahun lahir dari keluarga miskin pasangan Karta dan Humairah. Rahma memiliki
adik yang masih balita namanya, Aisha. Rahma
dianugerahi otak yang cerdas, baik hati, sopan dan disukai banyak orang.
Sepatu satu-satunya milik Rahma
sudah nyaris jebol. Itulah yang membuat Rahma sering menjadi olokan temannya,
terutama Tasya. Rahma sebenarnya ingin punya sepatu baru, tetapi Rahma tahu
diri orang tuanya tidak punya uang lebih. Untuk makan sehari-hari saja, mereka
kesulitan.
Tasya, adalah anak semata wayang
Pak Rahman. Ibu Tasya meninggal saat
melahirkan Tasya. Sehari-hari Tasya tinggal di rumah bersama pembantu karena
Pak Rahman sibuk bepergian untuk urusan pekerjaan.
Tasya satu sekolah dengan Rahma.
Tasya saingan berat Rahma di bidang akademik. Karena kurang perhatian Tasya
jadi anak yang arogan, sombong dan hal-hal menyebalkan lainnya. Tasya benci
Rahma. Menurut Tasya hidup Rahma terlalu sempurna. Punya keluarga harmonis yang
selalu memperhatikannya.
Suatu hari, bu guru di sekolah
Rahma dan Tasya mengumumkan adanya lomba menghafal surat Ar Rahman berhadiah
uang 10 juta. Rahma sangat bersemangat untuk mengikutinya, karena dipikirnya
uang sebanyak itu lebih dari cukup untuk membeli sepasang sepatu baru, membayar
kontrakan dan juga modal dagang ayahnya.
Rahma pun bersemangat untuk
mengikuti lomba itu. Waktu dua bulan dipergunakan Rahma untuk menghafal surat
Ar Rahman. Semua teman-teman Rahma pun bersemangat untuk ikut serta. Tak
terkecuali Tasya. Tasya ingin ikut lomba itu hanya untuk menyaingi Rahma.
Hari yang ditunggu pun tiba.
Rahma sudah hafal 100 persen. Guru Rahma pun yakin kalau Rahma bisa memenangkan
perlombaan itu. Namun, dalam perjalanan Rahma menuju tempat lomba, ia melihat
Tasya diserempet motor, dan motornya kabur. Rahma pun tanpa ragu menolong Tasya
dan membawanya ke Puskesmas. Beruntung Tasya tidak apa-apa hanya memar dan
lecet, namun Rahma gagal mengikuti lomba Ar Rahman itu.
Suatu hari, Pak Rahman dan Tasya
mengunjungi rumah Tasya. Sebelumnya Pak Rahman sudah mendengar banyak soal
Rahma dari Tasya. Juga kegagalan Rahma ikut lomba menghafal Ar Rahman dan
hadiah jutaan rupiah yang sangat diinginkannya untuk membayar uang kontrakan
dan sebuah sepatu baru .
Sebagai ucapan terima kasih Pak
Rahman karena Rahma telah menolong Tasya sewaktu Pak Rahman pergi dinas ke luar
kota. Pak Rahman pun menghadiahkan rumah kontrakan untuk Rahma, asal Rahma mau
murojaah Ar Rahman sampai selesai di depannya. Rahma berhasil memukau Pak
Rahman, Tasya, ayah dan ibunya. Tasya menyodorkan bingkisan kecil sebuah sepatu
cantik untuk Rahma. Pak Rahman juga berjanji akan menyekolahkan Rahma hingga
lulus kuliah.
Comments
Post a Comment