MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Flashback: Sepatu Baru untuk Rahma



Catatan harian bertanggal 8 Februari 2017:

Sudah tiga bulanan ini hampir 30 anak yang mengaji gratis di rumah saya juga ikut menghafal surah Ar Rahman. Hasilnya lebih dari setengah anak usia 3-13 tahun hafal 78 ayat beserta arti perkata.

Setiap 4 bulan sekali saya biasanya kasih ujian tulis seputar materi yang diberikan plus ujian lisan untuk hafalan. Hasilnya berupa lembaran semacam rapor untuk para orang tua, agar mereka tahu selama ini si anak "ngapain" aja.

Iseng-iseng berhadiah, saya yang sempat ikutan teater di waktu sekolah dahulu dan pernah menulis skenario akhirnya mengajak anak-anak ikut menjajal sensasi bermain peran. Dengan mengajak sedikit memaksa adek-adekku widya dan Novan untuk jadi juru foto plus tukang desain, akhirnya kelar poster ini. 

Ini pertama kali anak-anak saya ajak masuk dapur rekaman. Meski rada kacau karena perdana dubbing, namun lumayan lah ya,

Operet ini rencananya bakal dipentaskan di panggung minggu depan. Kalau okey, mau dibikin film pendeknya ah. 

Kisahnya rada terinspirasi dengan film "Children of Heaven" sih tapi plotnya beda banget.

Biarpun operet, ini tidak joget-jogetnya kok.... Tapi tetap anak-anak banget!

Inilah ringkasan ceritanya:

Tersebutlah Rahma, seorang gadis 10 tahun lahir dari keluarga miskin pasangan Karta dan Humairah. Rahma memiliki adik yang masih balita namanya,  Aisha. Rahma dianugerahi otak yang cerdas, baik hati, sopan dan disukai banyak orang.

Sepatu satu-satunya milik Rahma sudah nyaris jebol. Itulah yang membuat Rahma sering menjadi olokan temannya, terutama Tasya. Rahma sebenarnya ingin punya sepatu baru, tetapi Rahma tahu diri orang tuanya tidak punya uang lebih. Untuk makan sehari-hari saja, mereka kesulitan.

Tasya, adalah anak semata wayang Pak Rahman. Ibu Tasya meninggal  saat melahirkan Tasya. Sehari-hari Tasya tinggal di rumah bersama pembantu karena Pak Rahman sibuk bepergian untuk urusan pekerjaan.

Tasya satu sekolah dengan Rahma. Tasya saingan berat Rahma di bidang akademik. Karena kurang perhatian Tasya jadi anak yang arogan, sombong dan hal-hal menyebalkan lainnya. Tasya benci Rahma. Menurut Tasya hidup Rahma terlalu sempurna. Punya keluarga harmonis yang selalu memperhatikannya.

Suatu hari, bu guru di sekolah Rahma dan Tasya mengumumkan adanya lomba menghafal surat Ar Rahman berhadiah uang 10 juta. Rahma sangat bersemangat untuk mengikutinya, karena dipikirnya uang sebanyak itu lebih dari cukup untuk membeli sepasang sepatu baru, membayar kontrakan dan juga modal dagang ayahnya.
Rahma pun bersemangat untuk mengikuti lomba itu. Waktu dua bulan dipergunakan Rahma untuk menghafal surat Ar Rahman. Semua teman-teman Rahma pun bersemangat untuk ikut serta. Tak terkecuali Tasya. Tasya ingin ikut lomba itu hanya untuk menyaingi Rahma.

Hari yang ditunggu pun tiba. Rahma sudah hafal 100 persen. Guru Rahma pun yakin kalau Rahma bisa memenangkan perlombaan itu. Namun, dalam perjalanan Rahma menuju tempat lomba, ia melihat Tasya diserempet motor, dan motornya kabur. Rahma pun tanpa ragu menolong Tasya dan membawanya ke Puskesmas. Beruntung Tasya tidak apa-apa hanya memar dan lecet, namun Rahma gagal mengikuti lomba Ar Rahman itu.

Suatu hari, Pak Rahman dan Tasya mengunjungi rumah Tasya. Sebelumnya Pak Rahman sudah mendengar banyak soal Rahma dari Tasya. Juga kegagalan Rahma ikut lomba menghafal Ar Rahman dan hadiah jutaan rupiah yang sangat diinginkannya untuk membayar uang kontrakan dan sebuah sepatu baru .

Sebagai ucapan terima kasih Pak Rahman karena Rahma telah menolong Tasya sewaktu Pak Rahman pergi dinas ke luar kota. Pak Rahman pun menghadiahkan rumah kontrakan untuk Rahma, asal Rahma mau murojaah Ar Rahman sampai selesai di depannya. Rahma berhasil memukau Pak Rahman, Tasya, ayah dan ibunya. Tasya menyodorkan bingkisan kecil sebuah sepatu cantik untuk Rahma. Pak Rahman juga berjanji akan menyekolahkan Rahma hingga lulus kuliah.


Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial