MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Flashback: Rumah Quran Ar Rahman On The Street


Catatan harian bertanggan 13 Mei 2018:

Hari ini adalah hari yang gembira buat kami. Pasalnya selepas ashar kami pawai berkeliling kampung untuk menyambut Ramadhan 1439 H.
Berbeda dengan pawai tahun sebelumnya, tahun ini ada agenda baru yaitu "Rumah Quran on The Street". Mengajak preman atau tukang ojek ikut menghafal bersama dengan metode menghafal quran semudah tersenyum.
Saat kami menghampiri pangkalan preman agak kecut juga hati kami. Pasalnya Bang Badai, preman yang paling ditakuti di wilayah itu sedang mangkal.
Qadarallah, dia ikut menjajal menghafal quran surah Ar Rahman. Kelar menghafal, Bang Badai dan tangan kanannya Bang Tile tak bisa menahan haru. Ia buru-buru melipir bahkan tak mau menerima hadiah yang kami tawarkan. Sampai ustadz Sobari mengejarnya. Bang Badai bilang, dia ingin anak-anaknya ikut menghafal di Rumah Quran Ar Rahman.
Pak Sobari menawarkan untuk ikut serta juga. Bang Badai, preman berbadan kekar yang paling ditakuti seantero Jombang tak bisa menahan haru. Ia mengangguk sambil melipir.
Mari kita doakan ayat-ayat Quran yang baru saja dihafalnya menjadi pintu hidayah untuk Bang Badai.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan singgah di lapangan tempat para tukang ojek, preman biasa mangkal. Kebetulan lagi ada acara Persija, jadi banyak orang.
Para santri duduk melingkar, saya dan tim pun beraksi. Kali ini ada 4 orang laki-laki dewasa yang biasa nongkrong di tempat itu dan 4 anak-anak.
Karena keterbatasan waktu kami pun segera beringsut sebelum Maghrib. Alhamdulillah, pawai jelang Ramadhan usai.
Kami kembali ke Rumah Quran Ar Rahman 15 menit jelang maghrib. untuk minum dan makan snack.
Alhamdulillah! Masya Allah Tabarakallahu!

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial