MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Flashback: Puasa Perdana Sydney


Catatan harian bertanggal 15 Juni 2017:

"Mom, if i fast until maghrib can i invite Aura and Hafiza break the fast together in the mall?"

Saya menatap bocah 4,5 tahun yang sudah lebih dari setengah perjalanan ini puasa setengah hari. 

"Tapi kenapa kamu ajaknya Aura sama Hafiza?" tanya saya penasaran.

"Because they are my friends and they also fast until maghrib"

Aura dan Hafiza ini memang dua murid saya di kelas iqra. Usia mereka berbeda 2 tahun dengan sydney. Dan dua bocah ini saya tahu memang sudah berpuasa sampai maghrib. 

Sebetulnya Sydney belum wajib berpuasa. Dia masih tahap belajar. Puasa sampai dzuhur saja sepertinya sudah 'wow'. Tapi dia bertekad puasa sampai maghrib.

Akhirnya berangkatlah kami berempat ke mall terdekat dengan penuh perjuangan karena macet parah jelang buka. Semua restoran sudah fully booked. Saya makin panik karena ada 3 bocah yang berpuasa, termasuk Sydney yang perdana puasa sampai maghrib.

Satu-satunya restoran yang masih tersisa satu meja adalah restoran dengan nama Spanyol. Restoran ini menerapkan paket khusus buka puasa, dengan harga per orang yang cukup mahal. Tetapi memang merek menyediakan 'free flow drink' dan aneka takjil gratis.

Baru duduk 10 menit, azan maghrib. Pesanan kami belum sampai bahkan hingga jelang Isya. Anak-anak diganjal dengan takjil gratis dan minuman, plus coklat dan susu yang kami bawa dari rumah. 

Setengah tujuh malam, anak-anak mulai gelisah mau pipis. Aih toiletnya jauh, itu berarti saya mesti mengantar. Dan kalau satu ke toilet, semua harus ikut. Saya panik. 

Saya pun bertanya ke pelayan, "kira-kira pesanan saya berapa lama lagi?"

Pelayan pun mengkonfirmasi, "dua puluh menit lagi". 

Muka saya langsung kecut, "yah mas, saya gak yakin bisa menunggu selama itu dengan anak-anak yang mulai blingsatan. Boleh saya bayar takjil dan minuman saja?"

Saya pun diajak ke kasir. Saya mengulang permintaan saya untuk membatalkan pesanan dan membayar takjilnya saja. Sang kasir bilang, "tapi takjilnya gratis bu...."

"Lalu? saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi.... anak-anak saya sudah gelisah". 

"Sudah tidak usah bayar bu. Mohon maaf ya bu sudah menunggu lama".

Setelah mengucap terima kasih, saya pun permisi dengan menggandeng ketiga anak saya yang sudah heboh ingin pipis dan lapar. Diiringi dengan tatapan bingung plus kasihan tamu restoran yang lain. Jangan-jangan mereka menganggap itu modus operandi bisa makan gratis di restoran. 😃

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial