MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Flashback: Perempuan Bermata Teduh




Catatan harian ini bertanggal 15 Oktober 2016:

Sejak lulus 11 tahun lalu dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Saya belum pernah menginjakkan kembali di kampus yang sudah mencetak saya menjadi seperti ini.
 
Dan Kamis (6/10/2016) kemarin saya akhirnya mengunjungi kampus dengan berjuta kenangan. Padahal saya sama sekali tidak merencanakannya.

Adalah @Nurmala Dewi, sahabat saya sejak kuliah yang mencetuskan ide gila untuk sekedar mengintip kampus kami sepulang persidangan saya. Sejatinya kami hanya ingin 'me time' mumpung sedang off dari tugas kantor dan rumah tangga. Ketimbang hanya kongkow di mall macam anak muda, maka kami memilih perpustakaan kampus sebagai tempat hang out. Kebetulan sahabat saya sedang berjuang menyelesaikan thesisnya agar cepat lulus dari UNS.

Demi mengenang masa lalu saat susah dulu. Kami pun memilih naik kereta dan berganti-ganti angkot seperti zaman kuliah. Sepanjang perjalanan pun ceritanya tentang nostalgia.

Sebenarnya dahulu, saya tidak pernah bermimpi berkuliah di IPB. Awalnya saya ingin melanjutkan kuliah di sastra UI tapi yah suratan takdir, orang tua saya merasa saya lebih baik meneruskan kelas eksakta saya. Setidaknya saya bisa jadi insinyur bukan pengarang yang tidak punya masa depan.

Lalu apa alasan saya untuk memilih kampus negeri? Maka saya memakai alasan jaket almamater berwarna biru kesukaan saya. Saat itu kampus negeri bergengsi yang punya jaket biru ya ITB dan IPB. Saya pun terpaksa mencantumkan ITB Teknik Informatika sebagai pilihan pertama dan IPB Agribisnis sebagai pilihan kedua dalam UMPTN.

Kedua jurusan itu adalah jurusan favorit dari kedua kampus. Dan dengan izin Allah saya masuk di pilihan kedua saya. IPB Agribisnis!

Cinta belum tumbuh di awal. Saat yang lain rajin kuliah saya malah asyik berkhayal menjadi penulis di perpustakaan. Saya nyaris putus kuliah karena di tahun keempat saya sudah sibuk bekerja. Meski telat lulus, saya lulus dengan predikat sangat memuaskan. Dan cinta datang belakangan, saat saya malah sudah pergi jauh dari kampus.

Sesampainya di kampus setelah menempuh perjalanan dua jam. Kami berdua semakin dihinggapi euphoria nostalgia. Meski sudah banyak perubahan, namun kami masih mengenali setiap jengkal jalan yang kita lalui.

Kita naik angkot jurusan Kampus Dalam yang sama seperti belasan tahun lalu, makan di warung yang sama, menyusuri koridor yang sama, dan masuk di perpustakaan yang sama. 

Kami bahkan sempat berfoto dengan Endah, legenda perempuan gila berhijab yang jadi penunggu kampus. Kisah mengapa si Endah menjadi gila dan berkeliaran di kampus pun masih menjadi misteri.

Ada yang bilang Endah dahulu mahasiswi IPB yang kemudian menggila saat cintanya ditolak oleh lelaki berkacamata. Makanya Endah dahulu suka melempari perempuan yang berjalan dengan pria putih berkacamata dengan sandal, karena dianggap 'sundal' perebut kekasih orang.

Endah hormat dengan perempuan berhijab. Dia hanya akan mengejar-ngejar perempuan berpakaian minim, atau mereka yang terlihat pacaran. Endah jadi semacam 'polisi syariah' di kampus kami. 

Meski orang gila. Endah menjadi kesayangan kami semua. Makanya tak heran kalau Endah sering dijadikan sasaran foto para alumni. Bahkan kini Endah menetapkan tarif foto Rp 10ribu-20ribu. Hahahah sebenarnya dia gila atau pencitraan?

Sebagai 'turis' kami pun tak lupa menjajal Moli si mobil listrik kebanggaan IPB. Berfoto selfie di Moli padahal ada mahasiswi lain. Hingga akhirnya kami menyadari bahwa untuk bisa menumpang Moli, kami harus memiliki TapCash BNI. Jadi penumpang yang turun kartunya bakal digesek. Saya dengan Dewi berpandangan.

"Pak pake kartu lain bisa gak?", tanya saya menawar.

"Tidak bisa teh...", sang supir tersenyum.

"Pakai cash aja ya pak?"

"Udah gak usah Teh gratis..." Si supir tersenyum.

Yang bikin malu, 5 mahasiswi lainnya tersenyum mafhum. Hingga ada yang nyeletuk, "first trial mah gratis teh". 

"Makasih yaaa", kami malu-malu dengan pipi bersemu merah.

So ini foto-foto petualangan kami. Dari meninggalkan pengadilan, hingga berfoto dengan Endah (jilbab merah di tengah) yang menjadi legenda IPB Dramaga.

 Maklumi kualitas foto yang tak bagus. Maklum kami fotonya terburu-buru. Malu dilihat adek kelas....

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial