MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Flashback: Kalkun Shalihah

Catatan harian bertanggal 6 September 2018:

Sudah beberapa minggu ini, si ayam kalkun betina, rajin menyambangi Rumah Quran Ar Rahman saban sore. Ibu dari satu anak kalkun yang ditinggal mati oleh suaminya itu memang salah satu santri di kelas ibu-ibu. Mungkin karena ia merasa sebagai ibu-ibu makanya pilih kelas ibu-ibu.
Mundur ke belakang, sebenarnya setahun lalu, saya dan keluarga kalkun sempat musuhan. Si bapak kalkun yang posesif suka sekali mengejar saya dan anak-anak yang tak sengaja melewati daerah kekuasaannya dimana si ibu dan anak sedang bercengkerama. Maka pemandangan orang teriak sambil berlari dikejar kalkun setahun lalu, itu sudah biasa.
Dan kemudian jelang Ramadhan, si bapak kalkun sakit. Sebelum meninggal, si empunya buru-buru menyembelih. Kemudian dagingnya dimasak kecap untuk hidangan istimewa di Rumah Quran Ar Rahman. Tentu saja saya tak tega memakannya.
Akhirnya si ibu kalkun dan anaknya, tinggal hanya berdua saja. Sebenarnya sejak Ramadhan, si ibu kalkun dan anaknya sudah mulai ikut menyelinap di kerumunan peserta hafalan Quran. Namun, sering diusir karena membuat heboh kelas.
Nah baru beberapa minggu belakangan, si ibu kalkun mulai rajin datang di kelas mengaji. Dia bisa duduk tenang sepanjang murojaah. Dia malu-malu duduk mendekati kami.
Saat ibu-ibu menunggu giliran memgaji, dia ikut menyimak. Lucunya bila semua telah kelar, dia mendekati saya seakan ingin juga ikut mengaji di hadapan saya.
"Kamu mau ngaji juga, ayo sini!"
Si ibu kalkun ragu-ragu berjalan perlahan mendekat, tentu saja kami tertawa terpingkal-pingkal.
Sayang, sebelum kelas usai biasanya si empunya kalkun sudah mulai menangkap kalkunnya untuk ditaruh di kandang. Sempat ada adegan kejar-kejaran, ibu kalkun yang masih ingin mengaji dan empunya kalkun yang gemas karena kalkunnya belum masuk kandang.
Dan kemarin, si ibu kalkun sengaja datang sepuluh menit sebelum kelas dimulai.
"Belum mulai, tar ya 10 menit lagi...", Lisda anak engkong Ali berkata. Dan ibu kalkun pun duduk dengan khidmat.
Kemarin, dia bisa ikut mengaji agak lebih lama sebelum empunya kalkun menjemput.

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial