MENUNGGU

Image
  Semua orang pasti pernah menunggu. Menanti kepastian dengan harap-harap cemas sepertinya menjadi bagian dari episode hidup semua orang. Dari hal sepele, menunggu bus di halte bus, menunggu teman di tempat janjian yang sudah disepakati tetapi hingga sejam setelah waktu janjian dia belum datang juga. Atau menanti kepastian kapan surat lamaran kerja kita akan direspon oleh perusahaan yang diincar. Atau bahkan menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Saat menunggu, level kesabaran kita pun diuji. Dan saya yakin Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kesabaran. Ada hamba-Nya yang cuma diuji kesabarannya sekedar menunggu angkot, taksi, atau pesawat terbang. Ada yang diuji kesabarannya saat menanti tanggal gajian datang padahal beras sudah habis. Ada juga yang diuji dengan seberapa sabar dia tabah menanti kekasih yang terpisah ribuan mil dalam jangka waktu tertentu. Ada juga yang diuji dengan kesabaran menanti jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal teman-teman sebaya satu persatu sudah

Flashback: Hijab



Catatan harian kali ini bertanggal 16 April 2016.

Malam tadi sama dengan malam-malam lainnya. Selepas Maghrib, rumah saya kedatangan para krucil yang dengan semangat 45 mengetuk pintu depan rumah saya untuk belajar mengaji. 

Sejujurnya semalam saya agak 'bad mood' malas beringsut dari kamar. Namun saya akhirnya turun juga dari kamar saya di atas untuk membuka pintu. 

"Assalamualaikum bu..." Tanpa menunggu dijawab lengkap mereka sudah berebut masuk dan duduk rapih agar dapat giliran pertama mengaji.

Seorang mengaji, yang lain mengerjakan worksheet untuk menunggu giliran mengaji. Masing-masing mendapat giliran mengaji 5-10 menit. Kalau 6 orang saja hampir sejam baru kelar. Dan kelas akan berubah menjadi pasar kalau anak-anak sudah kelar mengerjakan worksheet dan masih lama menunggu antrian mengaji. Belum lagi Sydney si 'anak bawang' yang tiba-tiba keluar membawa aneka hidangan untuk menjamu 'tamu'. Buyar deh konsentrasi.

Kelar antrian mengaji, biasanya saya memberikan materi inti. Bukan soal yang terlalu pelik untuk anak-anak hanya dasar-dasar terutama tentang sikap. Lagipula saya tak berani menyampaikan sesuatu yang belum saya lakukan dengan baik. Nanti saya disebut "omdo" alias omong doang dong. Materi biasanya tentang five pillars of Islam, six pillars of Iman, kisah nabi-nabi, terjemahan surat, bagaimana bersikap baik kepada orang lain, dan lain-lain.

Namun biasanya materi inti bisa melebar kemana-mana sesuai pertanyaan anak-anak. Makanya saya sering keringat dingin kalau menyampaikan materi. Deg-degan terus bawaannya terutama dengan adanya dua murid WN Amrik yang kebangetan kritis. Tapi saya kalau tidak tahu jawabannya akan jujur dan minta waktu untuk mencari tahu.

Tiba-tiba Adam menunjuk tangan. Haduh! Mau tanya apalagi sih ini bule.

"Bu, why do you wearing hijab?"

Saya jawab taktis, "karena ini diperintahkan dalam Al Quran". Saya pun kutip beberapa ayat Al quran tentang perintah berhijab. 

"But why? Mengapa wanita tidak boleh memamerkan rambutnya yang indah, tubuh seksinya kepada orang lain?" Tanya Adam.

Saya jawab, "saat wanita sudah memasuki masa akil baligh yang ditandai dengan datangnya menstruasi maka menurut Al quran mereka wajib menjaga dirinya dengan menutup aurat".

Dahi Adam berkernyit tak mengerti apa yang saya katakan. Maka saya terjemahkan dalam bahasa Inggris. Haduh pe-er banget!

Islam sangat memuliakan wanita. Islam ingin para wanitanya tidak dinilai dari fisiknya saja.

Perumpamaan antara wanita yang berhijab dengan tidak, seperti tas 'sale' dan tas premium berharga mahal sekali. Tas obralan yang biasa dijual di pasar atau mal biasa ditata berserakan, semua bisa lihat, pegang, coba bahkan mencium dengan bebas sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli.

Coba datang ke konter tas Hermes atau LV berharga jutaan hingga milyaran. Pramuniaga memajang tas yang terbungkus rapi dalam rak kaca tertutup yang dilengkapi dengan keamanan tingkat tinggi. Para pengunjung toko hanya boleh melihat dari luar rak kaca, tak boleh asal pegang. Karena semua sudah tahu kualitas barang premium tersebut. Hanya pengunjung yang benar-benar membeli saja yang boleh memegang dan menjajalnya.

Begitupun dalam Islam hanya lelaki yang menikahinya saja yang boleh melihat aurat, memegang dan lainnya dari wanita terhormat ini. Selain suami, ayah, saudara laki-laki kandung, anak kecil, paman kandung dari garis ayah masih boleh melihat rambut wanita, selebihnya tidak.

"Tetapi mengapa banyak wanita Islam yang tidak memakai hijab? Apa mereka tidak baik?" Tanya Adam lagi serius.

"Mungkin mereka belum tahu ilmunya", saya pun tersenyum.

"Saya yakin mereka tahu bu." Timpal Adam.

"Because life is choice! Meskipun itu sudah tercantum dalam Al Quran, Allah memberi kebebasan bagi hamba-hambaNya untuk berpikir. Bukan berarti wanita muslim yang belum berhijab derajatnya lebih buruk, mereka hanya butuh waktu lebih untuk mencerna kebenaran. Semoga dimudahkan".

Ini sebenarnya jawaban yang sedikit menampar saya. Karena hingga detik ini saya mungkin belum berhijab sempurna, bukan  karena saya tak mau tahu tapi saya sedang berproses.

Saya angkat topi dengan mereka yang sudah konsisten berhijab kaffah sambil membenahi dirinya. Namun rasanya tidak pantas juga kita menjadi sombong merasa lebih dari orang lain dan menganggap remeh hanya karena kita sudah berhijab sempurna. 

Bahkan yang saya heran, ada wanita muslimah bercadar yang masih menganggap rendah wanita bercadar lainnya. Hanya karena cadar yang lain ada sedikit aksen bordir pemanis. Padahal ya secara kasat mata saya hanya melihat hitam dan hitam.

Ada juga yang sudah berhijab syari namun masih belum merubah hal-hal sepele yang prinsipil, seperti makan masih pakai tangan kiri, hobi selfie, hobi pamer barang branded, dan lain-lain. Jadi terkesan ber hijab syar'i hanya karena ikut tren.

Tiba-tiba Adam bertanya, "Apakah yang saya dapat kalau saya menyuruh mama saya berhijab?"

Saya tersenyum, "Itu sama saja kamu membantu mama kamu menjaga kehormatannya. Biar mama kamu tidak mudah dilihat sembarang laki-laki yang 'gatel'".

Tanpa diminta Adam menceritakan kisahnya sewaktu di New York, dia sering mendapati mata-mata jalang pria yang menatap bokong mamanya yang seksi sambil bersiul-siul menggoda. Adam benci itu. Adam tak suka melihat tatapan mereka yang sedemikian menghinakan sang mama.

Saya tersenyum. "Nah kan..."

"Tapi bu... Saya takut mama terlihat jelek dan kampungan..." Kata Adam lagi.

"Tidak apa dianggap jelek dan kampungan di mata orang daripada diabaikan oleh Allah. Lagipula industri fashion dunia mulai mengincar pasar muslim, beberapa merek mode terkenal seperti H&M, GAP, Uniqlo bahkan Dolce & Gabana punya lini khusus busana muslim yang syar'i.

"Lalu apalagi yang saya dapat bila saya menyuruh mama saya berhijab?" Tanya Adam.

"Insya Allah you'll get reward. Kalau pahala terlalu abstrak. Insya Allah kamu dapat keberkahan hidup karena Allah menyukai kamu yang ingin memuliakan ibu. Bisa saja kamu dimudahkan menjadi orang sukses, kesehatan yang sempurna, kebahagiaan dunia akhirat".

"Aku ingin mama disayang Allah dan sehat terus. Karena aku sayang mama". Kata Adam.

"Ok, can i go home for a while. I'll tell my mum to start wearing hijab soon", Adam minta izin. Saya yang bingung akhirnya mengiyakan.

Adam langsung keluar rumah dan lari ke rumahnya di sebelah. Entah apa yang dikatakan. Tiba-tiba saya dengar teriakan mama Adam. "Whuat?!?" 

Hahaha... Dan beberapa menit kemudian Adam kembali ke rumah saya dengan sumringah. 

"What happened?" Saya tanya.

"Dont worry bu! I'll make sure my mom will wear hijab soon". Adam mantap.

Comments

Popular posts from this blog

Sirplus, Solusi Minum Obat Puyer untuk Anak

'Excellent Services' ala Rumah Sakit Hermina

Hijab Syar'i Tak Perlu Tutorial